Untuk Kepentingan Umum

Pemilu 2019 Jadi Tantangan Independensi Media

SERPONG- Pesta demokrasi lima tahunan sudah di depan mata. Tahun politik 2019, begitu sebagian orang menyebutnya, diprediksi akan panas. Pemantiknya tahun 2017 ketika diselenggarakan pilkada di ibukota. Kondisi ini bisa diperparah apabila gempuran media sosial tambah nyaring. Berita bohong atau hoax diprediksi akan kian massif pada musim politik.

Demikian dikatakan pengamat media Muhammad Istidjar Nusantara saat menjadi pemateri dalam Focus Group Discussion (FGD) Peran Media Massa Terhadap Pengawasan Pemilu 2019, di Bukit Pelayangan (Bupe), Serpong, Senin (4/5/2017).

Istidjar mengatakan, tumbuhnya media massa tidak bisa dihindari. Seiring dengan kian pesatnya perkembangan teknologi. Sekarang, media tidak hanya didominasi oleh korporasi besar yang sudah mapan. Tetapi juga oleh perusahaan kecil karena untuk membuat media kini cukup mudah tanpa harus mengeluarkan dana yang begitu besar. Monopoli informasi tidak hanya didominasi oleh perusahaan besar.

Nah, dengan kondisi seperti ini, tentunya akan menjadi tantangan independensi media. Padahal dalam aturannya, media tidak boleh menjadi partisan apalagi berpihak kepada salah satu kelompok. Namun, itu hanya di atas kertas. Dalam realitasnya, hampir semua media massa berpihak kepada kelompok tertentu.

“Baik media besar, menengah, ataupun kecil. Mereka menggelompok pada satu bagian, untuk mendukung partai ataupun calonnya. Ini kurang baik dalam penegakan demokrasi. Tetapi realitas sekarang, seperti itu,” kata Istidjar yang juga pengusaha media ini.

Maka itu, tahun 2019 akan menjadi tantangan bagi media. Apakah cita-cita ideal media sebagai penyampai informasi yang independen itu benar bisa dilaksanakan. Atau sebaliknya, media menjadi alat bagi kepentingan tertentu. Tinggal nanti melihat polarisasinya seperti apa. Dirinya melihat, kelompok media akan mengerucut pada beberapa kelompok.

Untuk tingkat elitnya kelihatan, arah politik media seperti apa. Begitu pun media menengah ke bawah, yang banyak aktif di media sosial. Tentu akan memframing pemberitaan seperti apa. “Sekarang kuncinya di masyarakat. Mereka harus kritis terhadap setiap pemberitaan dan tidak menelan mentah-mentah informasi yang ada,” ujarnya.

Sementara itu, anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Tangsel Ahmad Jazuli menilai, pentingnya informasi yang independen dalam setiap pemberitaan. Apalagi yang sifatnya tentang kepemiluan. Harapannya sinergitas antara penyelenggara pemilu dengan media bisa berjalan dengan apik. Ia pun berharap peran media bisa membantu dalam mensukseskan pesta demokrasi lima tahunan ini.

“Misal dalam peraturan perundang-undangan, media sangat berperan penting dalam menyampaikan informasi tersebut. Biar tidak ada kesalahan informasi. Bila ini bisa tergarap dengan baik saya yakin pemilu akan berjalan sukses,” katanya.

Ketua Panwaslu Kota Tangsel Aas Satibi mengungkapkan, peran media sangat penting dalam mensukseskan penyelenggaran pemilu. Ia menilai, masyarakat lebih percaya akan informasi yang disampaikan media lantaran cakupannya yang lebih luas. Nah, ini yang harus terus dilakukan di mana peran media massa sangat penting dalam perhelatan pemilu. “Ada peraturan baru yang banyak masyarakat belum tahu, lewat media ini peran tersebut harus dimainkan,” ujarnya. (firda)

Berita Lainnya
Leave a comment