Untuk Kepentingan Umum

Chrisye Tetap Menjadi Tulang Punggung Keluarga

Saat hendak menikahi pujaan hatinya, Chrisye berjanji. Dia bakal bertanggungjawab untuk menjaga dan menafkahi keluarganya kelak.

Setelah menikah pada 1982, Chrisye berjuang menepati janji itu. Sang legenda susah payah hidup dari musik, jalan yang sudah dipilihnya.

Hampir setiap hari, pemilik nama lengkap Chrismansyah Rahadi itu menghabiskan waktunya bersama gitar atau piano di studio musik atau ruang kerjanya. Selain hobi, dia melakukannya demi meracik karya yang bisa memberi pemasukan untuk menyambung hidup.

Hasil penjualan lagu atau album itu langsung diserahkan ke istri tercinta, Damayanti Noor. Satu demi satu jerih payah itu terbayarkan. Setelah sempat tinggal di rumah orang tua selama enam tahun, Chrisye akhirnya berhasil membangun rumahnya sendiri.

Rupanya Chrisye pernah merasakan jenuhnya bermusik. Dia pernah mencoba peruntungan lain dengan bekerja di bidang cargo demi tetap mendapat penghasilan. Maklum, pelantun Badai Pasti Berlalu itu merupakan tulang punggung keluarga untuk istri dan keempat anaknya. Istri Chrisye, Yanti membantu sedikit penghasilan dari hasil usaha membuka jasa jahit kecil-kecilan di rumah.

Usaha lain di luar musik, nampaknya tak begitu cocok dengan Chrisye. Dia balik lagi bermusik dengan membuat konser tunggal pada 1994. Itu merupakan konser tunggal perdana bagi penyanyi Indonesia.

Lagu dan album kembali diciptakan sampai jelang kematiannya 10 tahun lalu. Dia tak pernah berhenti berkarya dan menafkahi keluarganya.

Chrisye bahkan masih menepati janjinya untuk bertanggung jawab terhadap keluarga walau jasadnya telah tiada. Dia masih menjadi tulang punggung keluarga setelah kematiannya.

“Tetap [menafkahi], Chrisye. Kami tetap hidup dari Chrisye,” katanya

Ditinggal selamanya oleh sang pencari nafkah utama, Yanti mengaku hidupnya menjadi sulit. Namun, ternyata Chrisye tak pernah benar-benar meninggalkan Yanti.

Dia masih menafkahi keluarganya lewat mahakarya yang telah diciptakannya. Yanti masih menerima pemasukan dari royalti atau hasil penjualan album.

Tiap tahun, Yanti juga tak pernah absen menerima ajakan atau undangan membuat proyek tentang Chrisye seperti konser. Dari hasil acara mengatasnamakan Chrisye itu, meski tak mematok harga, Yanti mendapatkan pundi-pundi.

“Begitu Chrisye meninggal, saya patenkan hak cipta atas kekayaan intelektual Chrisye. Tapi tidak saya hargai, tapi secara hukum saya kuat. Jadi itu agar orang enggak seenaknya pakai nama Chrisye,” tutur Yanti.

Yanti juga beberapa kali mencoba usaha lain. Namun, tetap saja usahanya berujung kepada Chrisye. Yanti bercerita pernah mencoba berusaha menjadi agen asuransi.

Di tengah perjalanan, dia mendapat kabar bahwa film yang direncanakan untuk Chrisye bakal digarap oleh sebuah rumah produksi. Alhasil, Yanti meninggalkan pekerjaannya itu dan membuat proyek film Chrisye. Film itu rilis sejak Kamis (7/12) lalu.

Film ini pula yang membuat Yanti kembali merindukan sosok Chrisye sebagai kepala rumah tangga. Dia mengaku kembali dihantui Chrisye.

“Tadinya enggak [dihantui] lagi karena sudah 10 tahun. Tapi gara-gara film ini, ngefek lagi ke saya sekarang. Jadi, seperti kok kayak ada dia lagi ya,” ucap Yanti.

Chrisye seolah menjadi sosok pelindung abadi bagi Yanti dan keempat anaknya.

Sumber: CNNIndonesia.com

Berita Lainnya
Leave a comment