
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangsel gelar Pendataan Potensi Desa (Podes) serta Survei Disagregasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 2018.
Melalui acara Koordinasi dan Sosialisasi Penyusunan Disagregrasi PMTB dan Pendataan Potensi Desa (Podes) Kota Tangsel 2018, bertempat di Hotel Aviary, Bintaro Jaya Pondok Aren, pada Rabu (25/4). Hadir perwakilan lurah, camat, dinas-dinas serta perwakilan pengusaha dan Polres Tangsel.
Kepala BPS Kota Tangsel Achmad Widyanto menjelaskan ada dua kegiatan yang akan dilakukan yakni Pendataan Potensi Desa dilakukan satu bulan penuh Mei mendatang di 54 kelurahan dan 7 kecamatan. satu kecamatan lebih kuran ada 15 petugas yang akan turun langsung ke kelurahan melakukan wawancara atau menyodorkan kuisioner untuk diisi oleh para lurah dan staf.
“Survei potensi desa atau kelurahan untuk mengetahui potensi yang ada. Di antaranya informasi demografi, informasi sosial budaya masyarkat maupun dengan fisiknya. Itu beberapa yang menjadi fokus BPS dalam Podes,” katanya.
Menurut Widyanto manfaat pendataan bagi Pemda berguna untuk mengambil kebijakan hingga tingkat kelurahan. Sebab podes merupakan kegiatan nasional, yang menghasilkan indeks kesulitan geografis terutama desa dan berhubung dengan indeks pembangunan desa. Bagi pemerintah sangat karena semuanya dapat tercakup hasil pendataan Podes.
“Di antaranya demografi penduduk, menfaatnya mengetahui secara detail berapa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dan lain-lain. Selain itu mengetahui pembangunan fisik yang ada di wilayah apa saja dan ketiga potensi kerawanan seperti rawan pencemaran, rawan kriminilitas. Semua ada datanya di BPS,” tambah ia.
Ia berharap kepada para lurah agar mendukung program ini dengan menerima petugas BPS saat hendak wawancara atau menyodorkan kuisioner nanti. Karena banyak dan membutuhkan data, maka petugas menyodorkan kuisioner untuk diisi selanjutnya diambil kembali di hari yang berbeda, sebab tidak mungkin selesai salam satu hari.
“Kami mengajak kerjasama baik lurah, camat dan dinas-dinas serta instansi pemerintah termasuk pengusaha agar baik program Podes dan survai PMTB berjalan dengan lancar tidak mengalami hambatan,” tuturnya.
Adapun survai PMTB dimulai sejak 1 Apri hingga 30 Juni mendatang dan saat ini tim sudah turun melakukan tugasnya. Ada 18 orang sebagai petugas survai di Tangsel. mereka mendatangi kalangan rumah tangga, kedua institusi pemerintah dan ketiga kalangan pengusaha. mengapa rumah tangga menjadi sasaran karena ada keluar masuk uang, belanja dan lain-lain.
“soal PMTB ini berkaitan dengan Pendapatan Domestik Bruto dari sisi pengeluaran konsusmi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi perusahaan. Pemerintah juga berinvestasi seperti membangun gedung. maka dari itu kita ingin melihat seberapa jauh investasi untuk memontior di pemerintah daerah,” tuturnya.
Kepala BPS Provinsi Banten, Agoes Soebeno, menyampaikan dua kegiatan akan memotret antara potensi desan dan investor untuk PMTB. Maka perlu didukung karena tantangan di Tangsel bukan soal luas wilayah seperti daerah-daerah di Papua dan Lebak Banten Baduy sulit diakses melainkan banyaknya apartemen dan cluster mewah sehingga sulit ditembus.
“PMTB mengukur seberapa besar besar investasi di Tangsel. Menurut data BPS tidak selaran antara tingkat investasi dengan tingkat pengangguran seharusnya semakin banyak investasi maka mampu menurunkan angka pengangguran tapin nyatanya tidak. Investasi di Banten nomor 3 seluruh Indonesia,” tuturnya.
Asisten Daerah 1 Tangsel Rahmat Salam yang membuka acara itu menyampaikan dengan kegiatan Podes oleh BPS maka mampu mengungkit potensi yang ada di Tangsel tersebar 54 kelurahan. potensi apa saja, entah kuliner, kerajinan dan lain-lain yang masuk dalam kelompok Industri Kecil Menengah.
“ini salah satu contoh saja, dodol Garut dulu tidak terkenal seperti sekarang. Tapi dengan survai kemudian dimunculkan potensi itu terbukti sukses, padahal rasanya tidak kalah dengan dodol di Setu atau Serpong Tangsel,” tutur Rahmat Salam.
Ia berharap kepada seluruh lurah dan camat dapat aktif menjadi narasumber yang ditanyakan oleh petugas BPS. Ada impian jauh lebih besar dari Tangsel dengan Podes dan Survai PMTB mampu mengasilkan data kewilayah dari yang terkecil hingga besar secara berkualitas. Maka berikan data secara rill yang ada di lapangan.
“Investasi baik sebagai komponen ekonomi wilayah. Investasi di Tangsel saat ini diharapkan mampu menjadi timbal balik dalam mengurangi kesenjangan ekonomi menurut sekala usaha baik besar dan UMKM,” tutur Rahmat. (den)