Untuk Kepentingan Umum

Produk Olahan asli Tangsel Kian Digemari

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) punya program keren. Namanya Studentpreneur yang diaplikasikan ke dalam menu olahan mahasiswa Tristar Institute Culinary BSD Kota Tangsel. Hasilnya yakni mengkombinasikan makanan tradisional dengan tampilan modern.

Plt Kepala Dinkop dan UKM Kota Tangsel, Dahlia Nadeak mengatakan,  Tristar Institute Culinary BSD, Serpong,  telah melaksanakan program studentpreneur. Yakni komunitas atau kumpulan mahasiswa yang bersama-sama belajar untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Menurutnya, ini sebagai lanjutan kerjasama kedua belah pihak antara Dinkop dan UKM Tangsel serta Tristar Institute Culinary BSD dalam gelaran Festival UMKM di halaman Kantor Walikota Tangsel 21 hingga 22 April lalu. Saat itu, chef dari sekolah pariwisata Tristar memberikan pelatihan dan mengajarkan bagaimana memproduksi dan membuat produk yang aman pangan bagi para pelaku UKM agar lebih berkembang.

 “Kami berharap nantinya pelaku UKM agar bisa menjadikan produknya menjadi high class seperti menu pangan olahan mahasiswa Tristar. Agar alumni dari sini juga bisa membuat produk unggulan, bahkan diupayakan menjadi ciri khas makanan di Tangsel sehingga dapat memotivasi masyarakat,” ungkapnya.

Ia juga mencicipi bir pletok yang dicampur cita rasa almond dan vanilla dengan penyajian zaman now. Kemudian klepon, cendol, dengan sajian high class ala hotel bintang lima.

Dahlia yakin dengan kerjasama yang sudah terjalin akan semakin mengenalkan produk-produk asli Kota Tangsel agar bisa didistribusikan ke sejumlah daerah. Ini yang harus terus diwujudkan agar makanan Tangsel dapat kian dikenal di pelosok negeri. “Saya harap setelah acara ini, produk rumahan dari Tangsel bisa semakin dicintai oleh masyarakat. Ini menjadi tugas kita semua agar olahan asli Tangsel bisa kian digemari,” ujarnya.

Sementara Humas Tristar Institute Culinary BSD, Taufik Syah Hidayat menambahkan, ini merupakan ujian praktek yang tantangannya adalah mengkombinasikan makanan tradisional dengan packaging modern.

“Terlebih banyaknya kuliner luar negeri yang masuk ke Indonesia, sehingga makanan tradisional kita mulai tertinggal. Jadi, kegiatan kali ini bertujuan mengangkat nilai jual makanan tradisional Indonesia,” paparnya.

Meski begitu, ia yakin kuliner Indonesia tidak kalah dengan masakan lainnya dari luar negeri. Apalagi Indonesia memiliki sejuta kuliner yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Nah, dengan rasa yang dimiliki tentunya ini akan menjadi cita rasa tersendiri yang tidak akan bisa disaingi oleh menu dari luar negeri pun sekalipun. “Makanya saya memiliki keyakinan kalau makanan asli Indonesia itu tidak kalah dengan yang lainnya. Enak-enak,” ujarnya. (adv)

Berita Lainnya
Leave a comment