Otak kita mengalami perubahan ketika kita belajar. Perubahan itu karena sifat plastis otak kita. Jadi neuroplastisitas didukung oleh kimia, oleh struktural dan oleh perubahan fungsional. Jika perubahannya hanya bersifat kimiawi maka hanya ingatan jangka pendek yang mampu diserap. Artinya, besok kita lupa lagi tentang apa yang kita pelajari.
Jika kita belajar hingga terjadi perubahan struktural pada otak, maka kita cenderung akan mengingat dalam jangka panjang. Misalnya terkait dengan fungsi motorik tertentu. Orang yang menguasai cara membaca Braille memiliki area otak sensor jari yang relatif luas. Demikian juga area otak spasial para sopir yang biasa menghafal jalan-jalan dan peta akan relatif luas.
Kita perlu meningkatkan fungsi otak kita. Sehingga otak kita responsif dan lebih cepat saat dibutuhkan atau digunakan. Selama belajar, keseluruhan jejaring otak kita akan meningkat dan mengalami perubahan.
Paparan itu disampaikan Lara Boyd, seorang terapis fisik dan neurosaintis dari Kanada. Ia mempelajari perubahan-perubahan dalam otak manusia untuk menemukan cara yang tepat bagi upaya pemulihan pasien stroke. Mencari cara bagaimana otak pasien yang telah mengalami serangan stroke bisa diaktifkan kembali terutama untuk belajar lagi dan melatih motoriknya.
Selama ini banyak kalangan meyakini bahwa otak berhenti mengalami pertumbuhan saat usia kita mencapai 25 tahun. Tidak perubahan selain semakin banyak sel-sel yang mati. Namun, riset terkini menunjukkan bahwa perubahan sel-sel otak tidak berhenti begitu saja. Ini berarti otak kita tetap potensial untuk mempelajari sesuatu yang baru dan belajar lagi tentang sesuatu yang pernah kita pelajari di masa lalu.
Pendek kata, otak kita siap untuk diajak belajar sampai tua. Tak ada kata terlambat untuk belajar. Dan meskipun prosesnya berbeda antara satu orang dengan orang lainnya, para penderita stroke tetap potensial untuk bisa belajar lagi dan mengasah motoriknya.
Olahraga bisa menyehatkan otak kita. Olahraga dapat memacu pertumbuhan otak. Lari pagi 15 menit atau jalan cepat 30 menit adalah bentuk olahraga kardio atau jantung yang bisa memperlambat kematian sel otak. Karena olahraga ini akan meningkatkan pasokan darah ke otak kamu.
Aerobik 5 kali seminggu selama 30 menit bisa meningkatkan kemampuan kognitif otakmu. Kemampuannya bisa 4 kali lipat dibandingkan orang yang tidak pernah berolahraga. Menjadikanmu lebih fokus dan siap berfikir. Yang tak kalah penting adalah dapat mengurangi resiko dementia atau penurunan daya ingat.
Joging atau yoga selama 1 hingga 2 jam sebelum bekerja bisa meningkatkan kreatifitas anda. Menurunnya kadar kortisol seiring naiknya hormon endorfin akan membawa sensasi senang dan nyaman. Kondisi semacam ini yang akan mengantarkanmu menjadi lebih kreatif.
Bersepeda juga menjadi salah satu pilihan yang baik. Beberapa penelitian menyebutkan ada terapi olahraga yang digunakan dalam penanganan ADHD (Attention Deficit Hyperkinetic Disorder). Olahraga semacam bersepeda mendorong pembentukan neuron baru dan interkoneksi yang lebih padat antar sel-sel neuron pada otak. Hingga kamu lebih mudah berkonsentrasi.