Untuk Kepentingan Umum

Dinkes Evaluasi Penanganan Kasus Dbd

Plt Kadinkes Kota Tangsel Deden Deni saat memberikan keterangan soal merebaknya kasus Dbd

Dinas Kesehatan Kota Tangsel bakal mengevaluasi penanganan masalah Demam Berdarah Dengue (Dbd). Hal ini dilakukan lantaran sejak awal Januari ada 90 kasus warga terjangkit penyakit Dbd.

Dari jumlah tersebut satu korban meninggal dunia gara gara serangan nyamuk aedes ageypti.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Tangsel Tulus Muladiono mengaku tingginya kasus Dbd disebabkan adanya siklus lima tahunan.

Meski begitu ia tak ingin menganggap tingginya kasus karena tiap lima tahun. Maka itu perlu ada penanganan yang lebih maksimal agar tidak lagi ditemukan kasus Dbd lebih banyak.

“Saya rasa perlu ada evaluasi menyeluruh soal tingginya kasus Dbd ini. Tidak boleh mengkambinghitamkan siklus lima tahunan semata, “katanya saat memberikan keterangan pers di Kantor Dinkes Kota Tangsel, Rabu (23/1/2019)

Tulus mengungkapkan evaluasi yang dilakukan menyangkut keberadaan satu rumah satu jumantik yang memang jadi program Dinkes.

Meskipun ia tidak mau mengatakan, ada kegagalan dalam program ini tetapi perlu ada perbaikan mengenai keberadaan jumantik.

Misal dengan sinergitas jumantik sama pemilik rumah yang memang kadang tidak berjalan baik. Soalnya ditemukan juga warga yang enggan terlibat langsung karena kesibukan mereka.

“Warga kan banyak yang sibuk. Mereka kadang menyerahkannya kepada pembantu. Ini yang bikin program itu tidak berjalan dengan baik” imbuhnya.

Satu rumah satu jumantik dengan mengikutsertakan dalam program bisa dilaksanakan. Komitmen masyarakat seminggu sekali tidak bisa. Jentik akan tumbuh dalam perminggu serentak dilakukan semua warga.

Untuk mensiasati hal tersebut pihaknya juga akan menggandeng mahasiswa untuk terlibat dalam penanganan Dbd. Diharapkan adanya keterlibatan mahasiswa ini bisa membantu mengatasi tingginya angka Dbd.

Mereka ini nanti akan memberikan informasi ke masyarakat selalu protap yang jelas.

Ia juga menyinggung karakteriatik nyamuk Dbd di Jabodetabek yang resisten terhadap obat.

Saat ada air sudah menetas, muncul jentik senangnya di tempat penampungan air dengan tanahnya.
Begitupun dengan tempat bersih yakni bersinggungan dengan tanah. Populasi nyamuk setelah tiga bulan. Lebih banyak dengan sari sari bunga.

Nah, program dengan mahasiswa juga akan dibantu dengan kecamatan dan puskesmas. Penderita yang dirawat.

“Kita berharap dengan program yang akan dilaksanakan berjalan lancar sehingga kasus Dbd bisa ditekan, “ujar Tulus (firda)

Berita Lainnya