Karena Ini SMAN 4 Tangerang Dilaporkan Ke Inspektorat Provinsi Banten
Ikhwan Alfarisi (15) diantar pamannya Yudha (52) melapor ke Inspektorat Provinsi Banten. Itu dilakukan lantaran Ikhwan gagal masuk SMA 4 Tangerang saat
melalui proses penerimaan peserta.
Yudha, 52, paman Ikhwan menjelaskan, keponakannya termasuk dalam keluarga prasejahtera yang tidak sanggup jika harus sekolah di SMA swasta. Penyebabnya lantaran kondisi ekonomi keluarga Ikhwan yang sulit dengan hanya mengandalkan penjualan warung makanan ringan ibunya.
“Ikhwan ini ayahnya sudah meninggal, ibunya jualan di warung dan tempat tinggal sekarang juga posisinya menumpang. Kalau dibilang, dia itu enggak punya tempat tinggal. Jadi, kalau ke SMAN 4 kan biaya sekolah negeri terjangkau. Ke swasta enggak sanggup,” jelas Yudha.
Yudha pun mempertanyakan lolosnya siswa lain yang rumahnya berdekatan dengan tempat dirinya mengajukan surat permohonan sebagai bahan pertimbangan agar Ikhwan dapat bersekolah di SMAN 4 Tangerang .
Ia pun heran dengan sistem PPDB di sekolah tersebut yang hanya menggagalkan keponakannya. “Kalau tidak diterima karena zona, kenapa ada dua tetangganya Ikhwan diterima di SMAN 4 Kota Tangerang,” ucapnya.
Menurut Yudha, status anak yatim seharusnya dapat jadi pertimbangan lebih bagi sekolah untuk menerima keponakannya. Tapi yang terjadi justru anak-anak yang statusnya baik secara ekonomi yang akhirnya diterima. “Kan ada undang-undang yang mengatakan kalau fakir miskin itu dipelihara oleh negara. SMAN 4 kan sekolah negeri harapannya bisa difasilitasi untuk anak-anak seperti Ikhwan,” katanya.
Yudha mengaku kecewa dengan pelayanan SMAN 4 Tangerang. Penyebabnya, saat proses pengajuan Kepala Sekolah SMAN 4 Tangerang sulit ditemui meski dirinya sudah berupaya mendatanginya. Karena itu, lanjutnya, ia berinisiatif meminta salah satu pegawai di sekolah tersebut untuk menyampaikan permohonannya.
“Saya dioper sana-sini, pihak sekolah tidak ada yang bisa dikonfirmasi. Dan yang buat sedih itu ternyata surat permohonan ditaruh di pos satpam, tidak sampai ke kepala sekolah,” jelasnya.
Yudha berharap agar keponakannya bisa difasilitasi pendidikannya oleh SMAN 4 Tangerang karena seharusnya Ikhwan diprioritaskan dengan kondisinya saat ini. Masalah Ikhwan juga akhirnya membuat ibunya sakit karena khawatir dengan pendidikan anaknya.
“Ibunya sekarang sakit. Jadi harusnya kan sekolah apalagi negeri yang dibiayai negara dari pajak rakyat bisa memberikan prioritas kepada anak-anak prasejahtera seperti Ikhwan ini,” ujarnya.
Yudha mengaku, saat ini sudah melaporkan masalah ini kepada Inspektorat Provinsi Banten hari ini, Selasa, 30 Juli 2019, kedua belah pihak akan dimintai keterangan dan saling memberi klarifikasi. Bhkan dirinya mengancam akan ke PTUN jika permohonannya tidak dikabulkan pihak sekolah.
“Kalau setelah inspektorat ini juga masih tidak bisa, dan Ikhwan akhirnya tidak bisa sekolah, saya akan naik lagi ke PTUN. Saya ingin Ikhwan dapat fasilitas pendidikan,” katanya
Ikhwan Alfarisi, seorang anak yatim yang tinggal di Jalan Angsana IV Nomor 118, Kelurahan Periuk Jaya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang bingung lantaran dua tetangganya bisa masuk di sekolah tersebut dan tidak pada dirinya.
“Jarak rumah ke SMA 4 cuma sekitar 1,2 kilometer, terus ada tetangga yang dekat rumah sudah diterima di sana tapi saya doang yang enggak. Kalau mereka masuk, saya juga masuk seharusnya,” pungkasnya. (panda)