Untuk Kepentingan Umum

Magnesium Karbonat Masih Inport, LIPI: Kita Bisa Bikin

Salah satu peneliti LIPI saat menunjukan proses pengolahan dolomit menjadi magnesium karbonat, Selasa (13/8) di Pusat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Serpong.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan pengolahan dan peningkatan nilai tambah dolomit menjadi magnesium karbonat. Magnesium karbonat biasa digunakan menjadi salah satu bahan untuk berbagai industri, seperti pemutih kertas dan obat-obatan.

Eko Sulistiono, Peneliti di Pusat Penelitian Metalurgi dan Material (P2MM) LIPI, Serpong, Tangerang, Selasa (13/9) mengatakan proses tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai potensi dolomit.

Eko berkata, akhirnya LIPI bisa membuat magnesium karbonat dengan prosesnya sendiri, proses karbonatasi, yang berbeda dengan proses pada umumnya.

Eko menambahkan, proses karbonatasi tidak menggunakan bahan kimia setetes pun, jadi timnya hanya menggunakan dolomit yang dipanaskan. Kemudian dilakukan proses, seperti slaking pencampuran dolomit yang sudah ditumbuk dengan air dan ditambah dengan CO2, dan proses kalsinasi atau proses penghilangan air, karbon dioksida atau gas lain yang membunyai ikatan kimia.

“Kemudian kita karbonatasi, maka terbentuk magnesium bikarbonat, lalu kita panasi untuk menghasilkan magnesium karbonat tanpa menggunakan HCL, asam sulfat, asam nitrat dan sebagainya, sehingga tidak ada limbah,” tutur Eko.

Eko berujar, gas CO2 untuk karbonatasi oleh LIPI diambil dari kalsinasi dari dolomit itu sendiri. Sehingga dolomit yang dikalsinasi menghasilkan gas CO2, dan CO2 digunakan kembali untuk proses karbonatasi.

“Sampai saat ini, dolomit diolah oleh perusahaan-perusahaan sepanjang pantai utara, itu banyak diolah menjadi pupuk dolomit. Jadi dolomit itu digerus kemudian menjadi pupuk terus dijual dengan harga yang murah, kira-kira Rp 1.000 per kilo, itu harga di Jakarta,” ujar Eko.

Indonesia, Eko menjelaskan, kaya akan sumber daya alam dolomit, campuran dari magnesium dan kalsium karbonat. Menurutnya, bahan tersebut banyak ditemukan di seluruh Indonesia. “Tapi yang paling bagus adalah di sepanjang pantai utara sebelah timur di Pulau Jawa, mulai dari Rembang, Tuban, Lamongan sampai Madura,” kata Eko.

Selain pupuk, dolomit juga digunakan untuk bahan bangunan. Dolomit yang ada di gunung dipotong-potong menjadi bata dan dijadikan bahan bangunan untuk rumah, yang juga dihargai dengan sangat murah.

Ke depannya, Eko berujar, LIPI mengembangkan ternyata dolomit jika dibuat magnesium karbonat bisa dijadikan bermacam-macam bahan untuk industri. Mulai dari pemutih kertas, untuk suplemen atau susu untuk manula.

“Itu menggunakan magnesium karbonat, kemudian obat mag, semuanya kebanyakan saya tanyakan ke dunia industri, itu impor magnesium karbonatnya. Padahal kita bisa bikin itu dari dalam negeri,” tutur Eko. (den)

Berita Lainnya