Taman Aurel dan Isyarat Dukungan Politik Airin
Taman Aurel baru saja diresmikan walikota Airin Rachmi Diany. Taman yang berada di sisi kanan gedung pusat pemerintahan Tangerang Selatan ini namanya diambil dari paskribraka yang meninggal dunia beberapa waktu lalu, Auerllia Qurrataini.
Untuk mengenang Aurel didirikan taman tersebut. Sebetulnya tidak ada yang istimewa dari taman tersebut. Bentuknya juga biasa saja. Hanya ada beberapa rumput hijau yang tidak berbeda dibanding taman-taman pada umumnya. Namun menjadi luar biasa ketika taman tersebut didedikasikan untuk paskibraka Aurelia. Mungkin pemkot ingin mengenang spirit dari paskibraka yang meninggal saat usianya masih belasan tahun tersebut.
Saat peresmian, nampak petinggi pemkot, ada Wakil Walikota Benyamin Davnie dan beberapa jajarannya. Kapolres Tangsel AKBP Ferry Irawan dan Kejari Tangsel Bima Suprayoga. Turut hadir kedua orang tua Aurell, Faried Abdurrahman dan Sri Wahyuniarti.
Peresmian berlangsung cukup sederhana, namun tetap dalam suasana yang cukup khidmat. Sang walikota pun memberikan sepatah dua patah sebelum meresmikan taman itu. Tidak ada yang istimewa dari pidato sang walikota. Ia berbicara tentang semangat, cerita masa sekolah dan masa kerjanya sebagai walikota yang akan berakhir dalam satu tahun ke depan. Namun dari rentetan pidatonya ada satu kata yang bermakna simbolik tentang sikap tegas politiknya. Terutama jelang pilkada Tangsel tahun depan
Wajah Airin begitu datar saat pidato penuh makna itu. Kira-kira Airin mengatakan seperti ini; Seharusnya, selesai saya jadi walikota taman ini tetap ada. Karena ini taman untuk warga Tangerang Selatan. Saya titip taman ini pak wakil.
Kalimat saya titip taman ini pak wakil, setelah sebelumnya Airin mengatakan selesai jadi walikota, bermakna simbol dukungan secara terbuka. Airin secara tersurat mengungkapkan kalau tongkat estafet kepemimpinan di Tangsel inginnya diteruskan sang wakil, Benyamin Davnie.
Terjawab sudah siapa yang didukungnya, tak lain Benyamin Davnie. Meskipun secara aturan Airin harus berdiri di atas semua golongan, tidak boleh memihak. Tetapi pernyataan ini seperti menjadi jawaban siapa calon walikota yang direstuinya. Meski, anak buahnya yang ingin maju tidak hanya Benyamin, ada Sekda Muhamad dan lurah Cipayung Tommy Patria. Rasanya, pilihan dukungan lebih condong diberikan kepada wakil yang telah mendampinginya dua periode ini.
Sang Loyalis
Kiprah Benyamin Davnie memang tak diragukan lagi besarnya di Kota Tangsel. Hampir delapan tahun mendampingi Airin. Selama masa itu tidak pernah terdengar adanya gesekan pada dua pimpinan kota termuda di Provinsi Banten tersebut. Benyamin terhitung cukup loyal kepada bosnya, Airin. Bisa dikatakan semua arahan dari perempuan Banjar tersebut jarang dikeluhkannya.
Rekan-rekan media yang biasa meliput di pemkot jarang mendengar adanya gesekan antara walikota dan wakil. Yang ada sikap setia dari wakil terhadap bosnya tersebut. Bahkan dalam berapa kesempatan Benyamin kerap minta didoakan untuk bisa tetap setia mendampingi walikota. Saat menghadiri acara wartawan Pokja Tangsel di Sukabumi, dua bulan lalu, Bang Ben, hanya sebentar beristirahat. Kemudian balik kanan lagi ke Tangsel karena harus menghadiri acara bank sampah di Cilenggang, Serpong. Acara tersebut tidak bisa dihadiri walikota, dan wakil yang harus datang. Dengan tubuh lelah, bang Ben berangkat malam-malam dari Sukabumi untuk bisa menghadiri acara itu pagi hari. Padahal bisa saja, sang wakil mendisposisikan kegiatan itu ke kepala dinas. Atau minimal memberitahu walikota kalau ia sedang menghadiri acara bersama kawan-kawan media, yang juga tidak kalah pentingnya.
Itu hanya satu kisah bagaimana loyalnya bang Ben terhadap walikota. Belum lagi pembagian tugas dan bicara jatah kekuasaan. Rasa-rasanya jarang terdengar bang Ben ikut berperan dalam rangka penentuan jabatan. Semuanya diambil alih walikota. Urusan diberikan pendapat mungkin ia memberikannya, namun urusan penetapan jabatan dinas tertentu semua diatur walikota. Misal, jatah dinas a, orangnya walikota, jatah dinas b orangnya wakil walikota. Sebuah cerita yang biasanya kita dengar di beberapa daerah.
Nah, dengan begitu loyalnya sang wakil, maka tidak aneh jika estafet kepemimpinan di Tangsel, Airin ingin Benyamin yang meneruskan. Pertanyaan kemudian, apakah dengan Airin berikan dukungan, Benyamin bakal mulus merebut Tangsel satu? Rasanya itu tidak menjadi garansi juga. Mengingat dukungan partai politik belum ada satupun yang diberikan kepadanya. Partainya berlabuh, NasDem tidak mendapat satu kursipun di DPRD Kota Tangsel. Sedang syarat minimal 10 kursi harus didapatkannya. Maka itu, ketika ada pembukaan partai untuk bakal calon walikota dan wakil walikota, Benyamin pun ikut mendaftar. Dari tiga partai yang sudah membuka pendaftaran, hanya PSI yang tidak diikut sertakannya. PKB dan PDIP, Benyamin ikut serta. Tidak jelas apa alasannya tidak mendaftar di partai yang punya empat kursi tersebut.
Selain dukungan partai, elektabilitas Benyamin yang belum aman juga bisa menjadi hambatan. Salah satunya adalah Survei Riset Network Indonesia (RNI). Dalam hasil surveinya yang terbaru itu disebutkan ada sepuluh nama yang memiliki elektabilitas dan popularitas cukup bisa menjadi modal maju di pilkada.
Untuk elektabilitas, figur-figur itu di antarannya adalah Muhammad (39,74 persen), Benyamin Davnie (25,64 persen), Putri Wapres terpilih Ma’ruf Amin Siti Nur Azizah Ma’ruf (23,36 persen), Arsid (19,23 persen) dan Andiara Aprilia (3,85 persen). Seharusnya modal dua periode mendampingi Airin, elektabilitasnya nomor satu. Tetapi ia kalah mentereng dari Muhamad. Ini menjadi tantangannya untuk menaikkan elektabilitas. Jangan malah anjlok dan berdampak berpalingnya dukungan parpol. Ya, Bang Ben harus banyak bekerja keras. Masih ada enam bulan lagi sebelum masa pendaftaran di KPU untuk menaikkan elektabilitasnya. Bukan pekerjaan yang mudah, tetapi juga bisa dilaluinya untuk seorang Bang Ben. Kita tunggu gebrakannya. (dawson)