JAKARTA – Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto menegaskan,
stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tahu dan tempe nasional. Oleh karena itu, Kementerian
Perdagangan menjamin tahu dan tempe tetap tersedia di masyarakat.
Sebelumnya, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyatakan akan
melakukan penyesuaian harga tahu dan tempe dengan harga kedelai impor.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Perdagangan melakukan koordinasi dengan Gakoptindo dan memperoleh informasi bahwa harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami penyesuaian dari Rp9.000/kg pada November 2020 menjadi Rp9.300—9.500/kg pada Desember 2020 atau sekitar 3,33—5,56 persen.
“Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tahu tempe Indonesia. Dengan penyesuaian
harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh
perajin,” kata Suhanto di Jakarta, pada Kamis (31/12).
Suhanto menyampaikan, berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini para
importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450.000 ton. “Apabila kebutuhan
kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150.000—160.000 ton/bulan, maka stok tersebut
seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2—3 bulan mendatang,” ujarnya.
Dikatakan Suhanto, pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar USD 12,95/bushels,
naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 11,92/bushels. Berdasarkan data The Food and
Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar 461
USD/ton, naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 435 USD/ton.
Menurut Suhanto, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia diakibatkan lonjakan
permintaan kedelai dari Tiongkok kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia.
Pada Desember 2020 permintaan kedelai Tiongkok naik 2 kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30
juta ton. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat,
seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara
importir kedelai lain termasuk Indonesia.
“Untuk itu perlu dilakukan antisipasi pasokan kedelai oleh para importir karena stok saat ini tidak
dapat segera ditambah mengingat kondisi harga dunia dan pengapalan yang terbatas. Penyesuaian
harga dimaksud secara psikologis diperkirakan akan berdampak pada harga di tingkat importir pada
Desember 2020 sampai beberapa bulan mendatang,” tandas Suhanto.
Suhanto berharap importir yang masih memiliki stok kedelai dapat terus memasok secara kontinu
kepada anggota Gakoptindo dengan tidak menaikan harga. Berdasarkan data BPS, saat ini harga ratarata nasional kedelai pada Desember 2020 sebesar Rp11.298/kg. Harga ini turun 0,37 persen
dibanding November 2020 dan turun 8,54 persen dibandingkan Desember 2019.
“Kami mengapresiasi para anggota Gakoptindo yang tetap berproduksi dan telah membantu
masyarakat dengan terus memasok tahu dan tempe untuk kebutuhan gizi terjangkau di saat pandemi
ini,” tutup Suhanto.
Sebelumnya, pengrajin tempe di Kota Tangerang berencana akan melakukan mogok produksi karena kenaikan harga bahan baku kedelai yang melambung hingga 30 %. Pengrajin pun akan melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari. Mulai Jumat hingga Minggu jika pemerintah tidak segera menormalkan harga kedelai.
Sekadar diketahui, harga kedelai yang tadinya itu Rp680 ribu perkwintal sekarang sekarang naik menjadi Rp920 ribu atau meningkat 30 %. Kenaikan terjadi sejak sebulan terakhir.