Untuk Kepentingan Umum

Dibangun Swadaya, KAT Budidayakan 35 Varian Anggur di Tangsel

Komunitas Anggur Tangsel (KAT) berhasil membudidayakan 35 jenis varian tanaman buah bernama latin Vitis Vinivera. Ke 35 jenis tanaman buah itu saat ini ditanam di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kota Tangsel di Jalan Pertanian nomor 1, Kelurahan Jombang, Ciputat.

Ketua KAT Roy Nurdin mengatakan, sejak dibangun dua tahun lalu, saat ini komunitas yang dibangun secara swadaya itu telah memiliki 200 anggota dari berbagai macam profesi.

Selain ditanam di BPP, pohon anggur juga dibudidayakan di rumah masing-masing anggota yang tersebar di Tangsel.
“Sekarang anggota KAT ada 200an, profesinya macam macam, ada satpam, sopir, polisi, tentara, pengacara, sampai pengusaha. Animonya lagi tinggi tanam atau budidaya anggur ini. Di BPP itu ada 35 varian,” kata Roy kepada wartawan, Selasa (12/10/2021).

Sebagai tanaman rambat, pohon anggur untuk komoditas juga bisa dijadikan tanaman hias. Kemudian, bercocok tanam pohon anggur juga, kata dia, dapat menjadi solusi minimnya lahan di perkotaan, sehingga dapat membantu menambah penghasilan lantaran nilai ekonomisnya yabg cukup menjanjikan.

“Prospek anggur masih tinggi, karena anggur tuh seksi. Selain jadi pohon buah, dia juga sebagai pohon hias. Kalau kita lihat, banyak café- cafe yang beli tanaman anggur. Kalau dikembangkan, putaran ekonominya lumayan. Untuk nilai jual, kita bisa jual bibit, media tanamnya, siket, pisau cuttingnya, pupuk untuk anggurnya. Banyak yang bisa dijadikan obyek pencaharian,” tuturnya.

Meski dibangun secara swadaya, tak menyurutkan komunitasnya dalam mengembangkan buah anggur. Kata dia, dengan keterbatasan lahan pertanian yang dimiliki Kota Tangsel, seharusnya Pemkot lebih terbuka dan membantu para pegiat tanaman anggur, lantaran menjadi solusi untuk melakukan urban farming.

“Ramainya tanaman anggur di Indonesia itu salah satunya adalah dari para penggiat. Jadi menurut saya,seharusnya pemerintah di Tangsel bantu dong para penggiat. Seperti teman-teman di Komunitas Anggur Jakarta (KAJ), sudah dirangkul oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di Tangsel mungkin karena terkait dengan birokrasi, jadi KAT tidak bisa mengakses program,” pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ratusan hektar lahan pertanian di Kota Tangsel hilang dalam satu dekade. Dari sebanyak 220 hektar, saat ini lahan bercocok tanam Kota bertajuk Cerdas Modern dan Religius itu hanya tersisa 3 hektar. (ari)

Berita Lainnya
Leave a comment