RESPUBLIKA.ID – Sebuah puisi tentang arti pengorbanan dari perjuangan dibacakan pada peringatan peristiwa Lengkong.
Puisi karya penyair negeri Kincir Angin Belanda itu ditemukan di saku Letnan Soebianto Djojohadikusumo, yang gugur bersama Mayor Daan Mogot dan Letnan Soetopo serta puluhan Taruna dalam upaya pelucutan senjata tentara Jepang di Lengkong, Serpong 25 Januari 1946 silam.
Syair pengorbanan yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Rosihan Anwar diakui Walikota Tangsel Benyamin Davnie membuatnya merinding.
Puisi itu berbunyi ‘Kami bukan Pembangun candi, kami hanya pengangkut batu, kami angkatan yang mesti musnah, agar menjelma angkatan baru di atas pusara kami lebih sempurna’.
“Merinding sekali mendengar puisi tadi,” kata Benyamin usai memperingati Peristiwa Lengkong, Rabu (26/1/2022).
Menurutnya, acara peringatan Peristiwa Lengkong memiliki nilai yang tinggi. Sebab, kata dia, jangan sampai peradaban jaman seperti sekarang ini dapat menggeser drajat rasa cinta terhadap tanah air Indonesia.
“Karena mungkin sejarahnya sedikit diketahui, kemudian pengaruh peradaban dari luar bisa mudah diakses dengan teknologi. Cinta NKRI, negara, itu nilai yg tinggi yg bisa kita raih dari peringatan-peringatan seperti ini,” ungkapnya.
Kemudian, pria yang akrab disapa Bang Ben ini menuturkan, acara peringatan perjuangan Lengkong ini juga menurutnya penting diadakan.
Hal itu bertujuan untuk menyambungkan kembali cerita-cerita heroik yang telah dilakukan para pendahulu dalam menggapai kemerdekaan seutuhnya.
“Anak-anak sekarang ini dihadapkan kepada pengaruh teknologi yang sangat kuat, kalau mereka hanya mengandalkan itu lalu lupa kepada akar sejarah nya, ini persoalan nasionalisme akan menjadi pekerjaan rumah,” pungkasnya.
Museum Palagan Lengkong, Serpong, Kota Tangsel menjadi saksi perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan seutuhnya.
Peristiwa berdarah itupun kini diperingati kembali, setelah dua tahun peringatan perjuangan di Kecamatan Serpong itu terhenti lantaran pandemi Covid 19 melanda.
Di mana, pada 76 tahun silam bertepatan 25 Januari 1946 dipimpin Mayor Daan Mogot dengan dua rekan Perwiranya Letnan Soebianto Djojohadikusumo, dan Letnan Soetopo serta 33 orang Taruna gugur ketika melucuti persenjataan tentara Jepang.(Ari)