Banyak yang mengatakan ekonomi sekarang berada pada titik nadir. Ini bisa terjadi lantaran imbas virus Corona belum selesai hingga sekarang.
Hal itu berdampak kepada pendapatan masyarakat yang tak kunjung stabil. Pengangguran meningkat, pendapatan menurun, harga barang-barang melonjak. Bahkan, defisit uang negara mencapai ratusan triliunan rupiah.
Pemerintahan Prabowo mendatang pasti pusing bukan kepalang karena meningkatnya defisit negara yang mungkin paling tinggi dalam sejarah negeri ini berdiri.
Jika kita lihat, denyut ekonomi yang melambat bisa langsung dirasakan masyarakat. Saya beberapa kali datang ke sejumlah pusat ekonomi yang terlihat lesu.
Toko-toko banyak tutup, pengunjung kian sepi, bahkan ada juga pedagang yang tak berjualan dalam kurun waktu lama. Kemudian ia harus menutup tokonya. Bangkrut.
Sementara banyak juga masyarakat yang berpenghasilan rendah, ambil contoh hanya Rp2-3 juta perbulan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Angka itu sangat tidak cukup. Bisa dikatakan tidak mungkin dapat memenuhi hak-hak mendasar.
Akhirnya apa? Banyak yang terjerat pinjaman online atau pinjol dengan angka yang relatif tinggi. Puluhan hingga ratusan juta. Pinjol memang jadi alternatif jangka pendek ketika kebutuhan mendesak.
Ia seolah-olah menjadi solusi mendapat uang cepat dengan syarat mudah. Padahal menjadi masalah baru, yang jika tak kuat menghadapinya malah bikin gila. Banyak korban pinjol berjatuhan.
Teman saya salah satunya. Ia saban hari mendapatkan ‘teror’ dari penagih hutang. Kata-kata kasar, makian, menghiasi gawainya yang tak seberapa canggih. Dalam satu waktu, ia terlihat di ruangan dengan wajah yang begitu kusam.
Rambutnya gondrong tak keruan, berewokan dengan wajah kosong tanpa harapan. Sesekali dirinya merokok dengan tembakau lintingan. Diajak bicara tidak nyambung dengan bibir yang sedikit gemetar.
Singkat cerita ia memiliki hutang pinjol puluhan juta rupiah. Hutangnya awal hanya ratusan ribu, karena kebutuhan meningkat sampai puluhan juta.
Pendapatan yang tak menentu ditambah kebutuhan kian meningkat bikin dirinya bergantung dengan pinjol. Lalu utang meledak. Ia tak sanggup bayar. Sementara kreditor tak mau tahu.
Konon ia berniat mengakhiri hidupnya dengan meminum cairan Baygon. Naas, harapannya tak kesampaian. Ia masih selamat. Masih hidup. Namun pikirannya tak kunjung sembuh. Berulang kali coba bunuh diri. Tak mati-mati.
Kini masalahnya sudah bisa diselesaikan. Ia mulai menata hidup. Namun mimpi buruk terjerat pinjol masih ada dalam pikirannya.
Ada juga teman lainnya. Ia gagal dalam rumah tangga. Mantan suami meninggalkan hutang yang besar. Pinjol juga. Sialnya, saat meminjam uang memakai akunnya.
Akhirnya ketika mereka berpisah, kreditor menagihnya. Pusing bukan kepalang. Ponselnya tiap hari juga mendapatkan pesan-pesan yang isinya menyeramkan. Cacian, makian menjadi makanan sehari-hari.
Sementara penghasilannya hanya Rp2 juta sebulan. Uang tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Ia juga beberapa kali mau mengakhiri hidup. Bukan dengan meminum cairan pembunuh hama. Tapi silet yang dipakai untuk mengiris urat nadinya.
Bunuh diri kemudian urung dilakukan karena saat hendak menyilet nadi tiba-tiba sang buah hati hadir dalam bayangannya. Singkat kata ia mengurungkan niat tersebut.
Biar tak bunuh diri, ia mengabadikan tato di tangan yang bertuliskan nama sang anak. Katanya jika terlintas ingin bunuh diri dan mau menyilet nadinya, ia pasti akan membaca nama dilengannya.
Bisa dibilang tato itu akan mencegah dirinya jika hendak mengakhiri hidup. Entah itu benar atau tidak, namun, katanya sedikit banyak membantu mengurungkan niat jahanam tersebut.
Kini hidupnya sedikit stabil. Meski persoalan pinjol serta tekanan-tekanan hidup belum beres sepenuhnya.
Kata dia, masalah yang dihadapi besar sampai-sampai tak tahu lagi apa yang bisa diperbuat. Akhirnya ia mencari tempat-tempat yang bisa menentramkan hatinya.
Kumpul- kumpul, ngopi, katanya menjadi solusinya menghadapi kepenatan hidup yang kian berat.
Sesekali dunia gemerlap juga dapat menjadi penghilang menghadapi dinamika kehidupan yang kian menyeramkan. Meski diakuinya, hanya sesaat, setelah itu masalah ada lagi.
Ternyata banyak orang melakukan bunuh diri. Ada yang berhasil, sedikit banyak juga gagal. Lalu apakah yang gagal bunuh diri bisa melanjutkan hidupnya? Jawabannya banyak.
Dua cerita di atas sedikit memberikan gambaran kegagalan bunuh diri. Mereka kemudian mencoba menata hidup sedikit demi sedikit. Pelan-pelan.
Sementara rutinitas kehidupan akan terus berjalan. Begitupun inividu-individu juga memiliki keberagaman cara pandang tentang memaknai hidup.
Hutang, perpisahan, kaya, bahagia, susah, senang, akan terus ada dalam diri manusia.
Ya, pinjol akan terus menjadi malaikat sekaligus iblis selama persoalan ekonomi tidak bisa diatasi dengan baik. (Firdaus)