Untuk Kepentingan Umum

Jaker Tangsel Gelar Bedah Buku “Menghadang Kubilai Khan”

Mengulas Strategi Nusantara Sikapi Ancaman Asing

RESPUBLIKA.ID – Buku berjudul ‘Menghadang Kubilai Khan’ karya Aj Susmana menjadi bahan diskusi menarik dalam acara bedah buku yang digelar Jaringan Kebudayaan Rakyat (Jaker) Kota Tangsel, Kamis 19 Desember 2024.

 

Acara bedah buku itu dimoderatori Dosen Unpam Firdaus Rahmadi dengan pemateri yakni, Penulis buku Aj Susmana, Sejarawan Historia Tangsel Agam Pamungkas, dan Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten, Yudi Budi Wibowo.

 

Pada masa kejayaannya, Kubilai Khan berhasil melebarkan wilayah kekuasaan kekaisaran Mongol yang membentang dari di Asia Timur hingga Eropa Timur, laut Jepang, Arktik, anak benua India, Asia Tenggara Daratan, dataran tinggi Iran, Levant, Pegunungan Carpathia, dan ke perbatasan Eropa Utara. 

 

Singkat cerita, Kubilai juga ingin diakui kekuasaannya oleh Maharaja Kertanegara yang saat itu berkuasa di Nusantara dengan mengirim utusan dari kekaisaran. 

Namun, utusan Mongol yang datang ke Singhasari pada 1289 dicelakai dan telinganya dipotong oleh Kertanegara. 

 

Kisah Kubilai Khan dalam novel fiksi sejarah dan politik itu dinilai relevan dengan kondisi  saat ini.

Upaya perluasan kekuasaan dari negara-negara adidaya kepada negara kecil dan berkembang masih dilakukan dengan alih-alih kerja sama antar negara. 

 

Tindakan yang dilakukan oleh Kubilai Khan itu menjadi pelajaran tentang pentingnya menjaga persatuan suatu bangsa untuk menghadapi ancaman asing. 

 

“Kublai Khan adalah simbol kekuatan besar yang mengancam Nusantara, tetapi juga memberi pelajaran tentang pentingnya persatuan dan strategi dalam menghadapi tantangan global,”ucap Agam Pamungkas. 

 

Selain itu, kata Agam, sejarah yang tertulis dalam buku tersebut juga mengisyaratkan bahwa kehancuran suatu negara bukan hanya datang dari luar, tetapi juga bisa timbul dari dalam sendiri. 

 

“Buku itu juga mengajarkan bahwa kehancuran suatu negara tidak hanya datang dari ancaman luar, tetapi juga intrik di dalamnya. Selain itu, keagungan sebuah wilayah sangat dipengaruhi oleh peran ilmu pengetahuan dan nilai spiritualisme,”kata Agam. 

 

Senada,Yudi Budi Wibowo, yang turut memberikan pandangan pada buku itu juga mengungkapkan tentang relevansi isi karya AJ Susmana dengan situasi dunia saat ini.

 

Ekspansi kekaisaran Mongol  ke Nusantara di abad ke-13 memiliki kemiripan dengan masuknya kekuatan ekonomi global ke Indonesia. 

 

“Buku ini mengajarkan kita untuk memahami sejarah agar dapat menghadapi tantangan serupa di era modern,” ungkap Yudi. 

 

Pada kesempatan itu, Yudi juga mengajak para peserta bedah buku untuk berperan aktif dalam menghadapi globalisasi yang terjadi saat ini. 

 

” Hal ini penting agar kita tidak hanya menjadi penonton dalam narasi global, tetapi juga mampu mengambil peran aktif,”ujarnya.

 

Isi buku “Menghadang Kubilai Khan” tidak hanya menyajikan kisah heroik perlawanan Nusantara terhadap invasi asing, tetapi juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga kedaulatan bangsa di tengah arus globalisasi.

 

Pesan dari buku itu menjadi sangat relevan dalam menghadapi tantangan geopolitik dan ekonomi di era modern. Diskusi dan bedah buku ini menjadi ajang refleksi mendalam tentang sejarah dan relevansinya dengan situasi saat ini.

 

Dengan menggali nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah, generasi muda diharapkan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan lebih bijaksana.

 

“Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut, sehingga generasi muda dapat belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik,” pungkas Ketua Paniti bedah buku, Doni Mahendro. 

 

Berita Lainnya
Leave a comment