Untuk Kepentingan Umum

Magis Zidane Mulai Luntur

Maestro lapangan hijau Zinedine Yazid Zidane tak hanya sukses menjadi pemain sepakbola. Ia juga sukses saat meninti karir menjadi pelatih. Bukti kesukesannya adalah membawa Real Madrid juara liga Champions dua kali berturut-turut. Prestasi ini sulit disamai oleh pelatih hebat manapun dibelahan bumi ini. Sayang kehebatan sang maestro, mulai terkikis di musim ini. Bukti paling konkret ketika ia dipermalukan seteru abadi, Barcelona, tiga gol tanpa balas di Estadio Santiago Bernabeu. Ini merupakan rentetan prestasi kelam sang maestro.

Musim ini? Gelar juara La Liga hampir pasti melayang. Timnya kini tertinggal 14 poin dari Barcelona. Di Liga Champions, langkah mereka juga belum pasti. Di babak 16 besar El Real harus melewati klub kuat asal Prancis, Paris Saint-Germain.

Harian Spanyol, Marca, mengulas bahwa pelatih asal Prancis ini telah melupakan kekuatan utamanya di Real Madrid. Pada dua musim awalnya, ia bersinar karena mampu menjadi manajer sumber daya manusia yang hebat, bukan karena kelebihannya taktiknya di lapangan.

Real Madrid justru membutuhkan pelatih seperti itu. Masalahnya, musim ini, perannya sebagai manajer sumber daya itu mulai goyah. Terutama terlihat di laga El Clasico.

Zidane dianggap telah menempuh jalan Jose Mourinho. Di laga besar itu, ia tergiur untuk memakai strategi “menghentikan Messi” dengan mengabaikan opsi terbaik yang ada dalam skuadnya.

Mourinho juga sebelumnya melakukan hal sama di klub itu. Ketika tampil di El Clasico, pendekatan pelatih yang kini menangani Manchester United itu selalu pragmatis. Taktik parkir bus dipakai, dengan pemain tertentu ditugasi menjaga Lionel Messi. Ia biasanya memasang Pepe sebagai gelandang untuk mengantisipasi pergerakan bintang Barca itu. Taktik itu jarang berhasil, juga kerap membuat kecewa suporter dan petinggi klub.

Zidane juga dinilai melakukan kesalahan sama. Obsesi untuk menghentikan Messi membuatnya memilih menurunkan Mateo Kovacic, ketimbang Isco. Taktik yang terbukti gagal itu memberi kesan buruk pada pemain dan suporter soal pemilihan pemain terbaik. Soalnya, selain Isco, Zidane juga mencadangkan Marco Asensio dan Gareth Bale di laga itu.

Kini, Zidane harus bekerja keras untuk menebus kesalahannya. Satu-satunya peluang yang dia miliki adalah berusaha mengantar Real Madrid memenangi gelar Liga Champions, untuk ketiga kalinya secara beruntun. Tugas itu tak gampang. Tapi bila bisa kembali berperan sebagai manajer sumber daya manusia yang baik seperti di musim sebelumnya, penebusan masih mungkin dia lakukan. (firda/tempo.co)

Berita Lainnya
Leave a comment