Untuk Kepentingan Umum

Revitalisasi Angkutan Umum di Tangsel Mendesak

Kota Tangsel turut menyumbang pergerakan kendaraan bermotor di wilayah Jabodetabek. Tercatat jumlah penduduk Jabodetabek 31.077.315 jiwa dengan 24.897.391 kendaraan bermotor.

Kendaraan bermotor tersebut terdiri 2% angkutan umum, 23% mobil pribadi dan 75% sepeda motor (Rencana Induk Transportasi Jabodetabek).

Total pergerakan di Jabodetabek tahun 2015 sebesar 47,5 juta per hari. Pergerakan dalam kota Jakarta 23,42 juta orang per hari. Pergerakan komuter 4,06 juta orang per hari dan pergerakan melintas Jakarta dan internal Bodetabek 20,02 juta orang per hari.

“Tahun 2018 sudah mencapai 50 juta pergerakan per hari”, ungkap Djoko Setijowarno Pengamat Transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

Menurutnya, permasalahan sekarang adalah tingkat kemacetan semakin tinggi, sepeda motor makin dominan, angkutan umum makin menurun. Peran angkutan umum massal baru mencapai 2-3%, KRL 3-4%. Infrastruktur angkutan massal sangat terbatas, pengadaan bus dan KRL masih belum memenuhi perjalanan.

“Di Jabodetabek sudah tersedia jaringan KRL Jabodetabek dan Bus Transjakarta. Tahun 2012 baru 6 koridor, sekarang sudah 80 koridor termasuk 13 jalur busway,” tuturnya.

Menurut catatan Tahun 2013, rata-rata 431.886 penumpang per hari. Tahun 2017 sudah meningkat rata-rata 993.992 penumpang per hari. Ada peningkatan 230%.

Menambah kapasitas KRL sudah sulit dilakukan, karena hampir semua rangkaian sudah 19-12 kereta untuk setiap rangkaian. Menambah frekuensi perjalanan, terhambat perlintasan sebidang dengan jalan raya.

Di sisi lain upaya untuk meningkatkan pengguna angkutan umum sesuai Rencana Induk Transportasi Jabodetabek 40% (2019) dan 60% (2039) dibangunlah LRT Jabodebek, LRT Jakarta dan MRT Jakarta.

Upaya lain masih bisa dilakukan dengan memperpanjang layanan Bus Transjakarta hingga kawasan Bodetabek. Juga memberikan layanan angkutan umum yang tersedia di seluruh kawasan perumahan di Bodetabek.

Kesalahan masa lalu, jika ada pengembang membangun kawasan perumahan tidak diwajibkan menyediakan rute sarana angkutan umum. Akibatnya penduduk daerah penyangga Jakarta (Bodetabek), rata rata terbesar membawa kendaraan pribadi yang sebagian besar melalui jalan tol.

Jalan non tol sudah tidak sanggup lagi menerima limpahan volume kendaraan yang begitu besar dan cepat tumbuh.

“Peran pemda juga harus ada program pembenahan angkutan umum, jika tidak ada, berarti pemerintah tidak tahu kondisi wilayahnya. Pilihan revitalisasi angkutan umum di Kawasan Bodetabek mutlak dilakukan, supaya kemacetan di perkotaan bisa berkurang. Udara makin nyaman, publik makin senang, lalu lintas makin lancar”, tegas Djoko.

Pantauan di lapangan, ruas jalan utama Ciputat – Lebak Bulus, pagi hari kemacetan panjang terjadi di ruas jalan arah jakarta, sementara sore sampai malam hari, kemacetan terjadi dari arah sebaliknya.

Kasatlantas Polres Tangerang Selatan AKP Lalu Hedwin belum dapat memberikan data pasti jumlah per hari pergerakan kendaraan bermotor di wilayah Tangerang Selatan.

“Kami tidak menghitung jumlahnya, sementara jumlah pemilik kendaraan bermotor di wilayah Tangsel bisa di tanyakan ke Samsat,” ujarnya. (den/firda)

Berita Lainnya
Leave a comment