Unjuk Rasa Berujung Ricuh, Walikota Diganjar Kartu Merah
Peringatan Hari Air Sedunia di Kota Tangsel berujung ricuh. Insiden tersebut terjadi antara puluhan aktivis lingkungan hidup Organisasi Kemasyarakatan dan Kepemudaan (OKP) Ganespa yang berunjuk rasa bentrok dengan personel Satpol PP, Kamis (22/03/2018) di depan Kantor Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Ciputat.
Unjuk rasa aktivis lingkungan itu kali keempat dengan tuntutan memprotes pembangunan proyek tol Serpong-Cinere yang hingga kini masih terus berlangsung.
Aksi tersebut sempat diwarnai tarik-menarik keranda mayat yang dibawa pendemo hingga berujung baku hantam. Setiap terdengar suara tiupan peluit, para aktivis kompak melayangkan kartu merah yang ditujukan untuk Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
“Kalau mau transaksi jual beli atau tawar menawar silahkan ke pasar induk atau pasar jongkok saja,” teriak Nurhafiz Fidon, kordinator aksi.
Dirinya menolak upaya (damai) yang telah coba dilakukan pemkot dan PT Cinere Serpong Jaya, selaku pengelola jalan tol.
Menurut Fidon, OKP Ganespa tidak ingin terlibat dalam konspirasi perusakan kelestarian lingkungan hidup. Kata dia, pemerintah telah terlibat dalam perusakan lahan konservasi dan daerah resapan air di Situ Sasak, Pamulang.
Data yang dikantongi OKP Ganespa terlihat ada perubahan rencana awal site plan proyek pembangunan tol Serpong-Cinere.
Ia menerangkan, awalnya lahan yang bakal dibebaskan adalah area gedung Kampus Universitas Pamulang serta jalur pipa gas. Tetapi, dalam prakteknya justru berubah dan mencaplok lahan garis sepadan Situ Sasak.
“Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah ikut terlibat pelanggaran Perda Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah,”ujarnya.
Selanjutnya para aktivis membakar keranda mayat. Kobaran api membesar, rakitan keranda mayat sebagai simbol kematian itu terus disiram bahan bakar minyak oleh para aktivis.
Kepala Seksi Dalops Satpol PP Kota Tangsel, Taufik Wahidin, coba menawarkan aktivis bertemu dengan Asisten Daerah I, Rahmat Salam yang menunggu di dalam gedung pusat pemerintahan. Tapi tawaran tersebut langsung ditolak.
“Kemarin kami sudah diterima staf ahli. Ahli tipu-tipu,” teriak Fidon disambut gelak tawa aktivis lainnya. (den/firda)