Untuk Kepentingan Umum

Sensasi Jelajah Museum Asia-Afrika Malam Hari

Para peserta Jelajah Museum KAA mendengarkan edukator memberikan penjelasan, Jumat (27/4) malam.

Memperingati Konferensi Asia Afrika (KAA) yang berlangsung 63 tahun lalu, Museum KAA yang berada di Jalan Asia Afrika, Bandung, menggelar Jelajah Museum, Jumat (27/4).

Jelajah Museum KAA ini berbeda dengan jelah museum biasanya. Pasalya, jelajah yang dilakukan dalam rangka memperingati 63 tahun KAA itu dilakukan pada malam hari.

Kegiatan itu berlangsung hanya dalam satu malam saja, yakni Jumat, (27/4) pada pukul 18.30 sampai dengan 21.00 WIB. Tema yang dicatut pada 63 tahun ini yaitu ‘Beyond The Bandung Spirit’.

Kepala Museum KAA Meinarti Fauzie mengatakan, peminat Jelajah Museum KAA sangat tinggi. Hal itu ditndai dengan jumlah peserta jelajah Museum KAA yang telah melebihi target.

Panitia sendiri hanya menargetkan 300 peserta. Namun, yang mendaftar sebanyak 341 orang. Pendaftaran Jelajah Museum ini dibuka secara online sejak Selasa – Kamis, 10-19 April 2018.

“Jumlah pendaftar jelajah malam museum KAA sudah melebih target dan saya rasa animo masyarakat yang berminat mengikuti acara ini selalu bagus,” kata Meinarti di Museum KAA, Jalan Asia Afrika, Bandung, Jumat (27/4) malam.

Pada jelajah museum itu, pengunjung dibagi menjadi beberapa kelompok. pembagian kelompoknya sendiri dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah dipilih saat mendaftar. Setiap kelompok, terdiri dari sepuluh orang dan dipandu oleh seorang edukator. Lama setiap kelompok menjelajahi museum sekitar 30 menit.

Sejak pukul 18.10 WIB, beberapa kelompok sudah melakukan registrasi ulang di depan Museum KAA. Setalah itu pihak penyelenggara memberikan cindera mata berupa pin berwarna putih dengan tulisan Museum KAA dengan dengan sedikit sentuhan merah.

“Satu edukator akan mengajak rombongan untuk memasuki museum. Sebelum menjelajah, sang edukator akan sedikit menceritakan sejarah KAA di Aula Gedung Merdeka,” jelas Minarti.

Kemudian, rombongan melanjutkan penjelajahan mereka dengan menaiki tangga. Mereka menuju tempat yang dulunya digunakan para wartawan untuk meliput kegiatan di masa itu.

Sang edukator kemudian mengajak peserta menuruni tangga dan menuju ke sebuah lorong. Di sana terdapat banyak bendera negara yang tergabung dalam KAA dan lima ruang dengan pintu tertutup.

“Di sana adalah lima ruang Perdana Menteri dan para pengunjung bisa melihat ruang tersebut malam ini,” ucapnya.

Di tempat tersebut, juga ada sebuah bunker. Dimana bunker tersebut digunakan untuk tempat penyimpanan makanan pada masa itu. Namun, para peserta tidak diperkenankan masuk. “Sekarang, ruangan itu hanya digunakan untuk penyimpanan barang atau logistik KAA saja,”ujar Minarti.

Nuansa semangat KAA terasa ketika berada di Aula Gedung Merdeka. Dimana teradapat 109 bendera negara dan bendera PBB yang berjejer dengan tegak. Disitu, para peserta juga diajak untuk membacakan Dasasila Bandung.

“Ini untuk mengingatkan lagi kepada masyarakat terkait Dasasila Bandung. Dan ingkatkan jiwa nasionalisme. Karena kalau dibaca sendiri, feelnya tidak kena. Kalau bareng dan di tempatnya pasti akan berbeda,” ungkapnya.

Setelah puas menjelajahi selama kurang lebih 30 menit, para peserta dipersilakan untuk mengambil gambar dan mengakhiri jelajah malam di Museum KAA.

Seorang warga Bandung bernama Iyus, menyatakan ketertarikannyan terhadap acara jelajah tersebut. Ia membawa delapan anggota rombongannya. Walaupun beberapa kali memasuki Museum tersebut di siang hari, ia merasa sangat berbeda saat kunjungi museum tersebut di malam hari. Terlebih dengan momen peringatan KAA ke 63 tahun.

“Sangat menarik ya. Ini pertama kali saya masuk museum malam-malam. Seru, tapi tadi agak merinding juga pas liat beberapa rute yang dilewati, tapi asik,” ungkap Iyus setelah jelajah malam di Museum KAA.

Bahka, dirinya dan rombongannya merasa ketagihan mengikuti jelajah malam tersebut. Sehingga harapannya, tahun berikut kegiatan serupa akan dihadirkan lagi. (den)

Berita Lainnya
Leave a comment