
Cawapres KH Maruf Amin meminta maaf jika ucapannya soal buta dan budek dianggap menghina serta merendahkan kaum difabel.
Menurutnya, ucapan tersebut hanya kiasan yang ditunjukkan kepada orang-orang yang mengkritisi kerja Jokowi. Tetapi tidak mengakui kerja-kerja presiden yang nyata.
Kata dia, kalimat buta dan budek ditunjukkan kepada mereka yang buta dan tuli hatinya.
“Kata kiasan buta dan tuli disematkan kepada pengkritik yang tidak mengakui keberhasilan presiden. Mereka tahu kinerja Jokowi tapi malu mengakuinya. Ini yang saya sebut buta dan tuli hatinya, “katanya saat beramah tamah dengan Forum Tuna Netra Menggugat di posko KH Maruf Amin di Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/11).
Ia pun meminta masalah ini tidak dipersoalkan lagi. Jangan ada yang menggoreng-goreng isu tersebut. Jika ada yang mempersoalkan tentu dipertanyakan maksud dan tujuan.
“Saya ini punya cucu yang difabel. Namanya Fatih, dia kuliah jurusan arsitektur di Universitas Brawijaya, Malang. Jadi tidak mungkin saya bermaksud menghina mereka. Anggota keluarga saya saja ada yang difabel, “elaknya.
Sementara itu Ketua Umum Forum Tuna Netra Menguggat Suhendar memahami ucapan Kh Maruf Amin bukan untuk menghina kaum difabel. Namun karena ini tahun politik, semuanya jadi ramai. Meski begitu, peristiwa ini harus dijadikan momentum untuk tidak ada lagi diskriminasi kepada kaum difabel.
“Kelompok kami masih dianggap kelas dua di Indonesia. Momentum ini kami jadikan kebangkitan stop diskriminasi terhadap difabel, “tegasnya.
Ia pun mengatakan, pihaknya tidak menjadi partisan dalam pilpres. Yakni tidak memihak kepada kelompok manapun. Baik capres nomor satu maupun nomor dua.
Pertemuannya dengan KH Maruf Amin juga sebagai tabbayun terhadap ucapan beliau tentang budek dan buta.
“Setelah kita dengar langsung dari beliau memang tidak ada maksud menghina. Meski begitu saya titipkan pesan jika Pak Maruf terpilih lebih memperhatikan kaum difabel, “ujarnya. (firda)