Lembaga Kajian Politik Nasional (KPN) menyebutkan angka Golongan Putih (Golput) pada Pilkada Kota Tangsel melebihi separuh dari jumlah partisipasi pemilih.
Pasalnya, dari survei yang dilakukan, mendapati jumlah orang yang tidak memilih calon atau Walikota dan Wakil Walikota yang ikut kontestasi atau Golput sebanyak 33,4 persen. Sementara hasil partisipasi publik untuk memilih sebesar 61,7 persen.
Direktur Eksekutif KPN Miftahul Adib mengatakan, survei tersebut dilakukan menggunakan metode Multistage Random Sample kepada 976 orang responden yang masuk dalam Daftar Pemilihan Tetap (DPT) dengan menanyakan kedatangan warga ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
kata dia, tingginya angka Golput pada Pilkada tahun 2020 ini disebabkan oleh pandemi Covid 19 yang meningkat drastis.
“Pandemi Covid 19 masih jadi isu sentral, sebab pada responden yang mengaku akan hadir ke TPS pun, persentase yang akan membatalkan kehadiran jika angka Covid terus melonjak cukup besar. Saya kira ini perlu jadi perhatian penyelenggara, sebab beberapa hari ini angka Covid terus memecahkan rekor harian,” Kata Adib usai merilis hasil surveinya, Jumat (4/12/2020).
Adib menuturkan, tingginya partisipasi pemilih masih didominasi oleh warga diluar wilayah perumahan.
Sebab, kata dia, jangankan memilih, untuk menjadi petugas pemungutan suara saja, warga perumahan harus mencari orang dari luar komplek tersebut.
“Saya mendengar berita di komplek perumahan, terutama yang mewah, untuk menjadi anggota KPPS saja harus merekrut orang dari luar. Ini kan artinya menunjukan partisipasi pemilih di perumahan memang engga bisa diandalkan dari dulu,” Tuturnya.
Kendati begitu, Adib menambahkan, tingginya angka Golput pada Pilkada Tangsel 2020 ini bukan hanya disumbang warga perumahan menengah ke atas saja.
Tetapi, kata dia, dari hasil survei yang dilakukan, warga yang enggan mencoblos merata dari semua warga kelurahan.
“Sebenernya itu kalo Golput sama bukan terjadi di perumahan mewah saja. Karena ketika kita tanyakan, kenapa anda Golput, karena takut terpapar Covid, apalagi kejadian belakangan ini covid susah dikendalikan, dari statusnya merah jadi orange dan sebaliknya, itu yang membuat takut warga untuk datang ke TPS,” tandasnya. (ari)