Untuk Kepentingan Umum

Mengintip Pemberdayaan Masyarakat Melalui TPS3R di Tangsel.

Jumlah produksi sampah di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) perhari mencapai sekira 970 ton. Angka itu menjadi persoalan lantaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang hanya mampu menampung sekira 250 ton perhari. Sedang sisanya dikelola swasta.

Pemerintah Kota Tangsel  telah menyepakati kerjasama dengan Pemerintah Kota Serang untuk membuang sampah di sana dengan kuota 400 ton perhari. Namun demikian, langkah itu tetap dirasa kurang jika peran serta masyarakat di tingkat bawah tidak dilibatkan.

Itu sebab,  Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangsel sejak beberapa tahun silam terus menggenjot pengelolaan Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R). Hingga saat ini tercatat ada sekira 39 TPS3R yang beroperasi di 7 kecamatan yang ada.

TPS3R merupakan sistem pengelolaan dan teknologi pengolahan sampah sebagai solusi dalam mengatasi persoalan sampah dan dampak yang ditimbulkan. Melalui TPS3R, tak hanya persoalan pencemaran lingkungan yang dapat dikurangi, namun juga dihasilkan produk-produk yang bernilai ekonomis.

Martin (63), Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Jalan Masjid Al-hikmah RT04 RW09, Pondok Aren, menerangkan, TPS3R di lingkungannya telah ada sejak 2013. Telah ada delapan pekerja yang diberdayakan di sana untuk menjemput sampah dari rumah ke rumah, memilah, hingga pada produksi daur ulang.

“Saya Ketua KSM TPS3R-nya, kita kelola dari masyarakat. Ada pekerja dari warga sekitar. Ini kita kelola bersama, jadi ada 6 RT di RW09, lalu ada 1 RT di RW05, totalnya ada 7 RT yang sampahnya kita kelola di TPS3R ini,” tuturnya, Selasa (03/05/21).

Dari pengelolaan sampah-sampah rumahan itu, Martin menyebut KSMP TPS3R mendapat penghasilan sekira Rp2,5 juta perbulan. Belum lagi dari hasil produksi sampah yang didaur ulang menjadi pupuk. Pupuk itu pun kini dijual ke DLH atau diberikan ke masyarakat sekitar untuk penghijauan.

“Ini sudah 6 tahun berjalan, artinya kita merasakan betul manfaat dari TPS3R. Jadi kita bisa mengurangi secara drastis volume sampah dari pemukiman sekitar,” jelasnya.

Area TPS3R di lingkungan RT04 sendiri berdiri di atas lahan seluas 250 meter persegi. Di lokasi itu terdapat balai warga, sarana bagi mesin-mesin daur ulang, mesin pencacah dan sebagainya. Tiap hari ada sekira 4 gerobak yang difungsikan untuk menjemput sampah dari tiap-tiap rumah.

Di lokasi berbeda, Ketua KSM Perumahan Reni Jaya, Pondok Benda, Pamulang, H Syafaruddin (62), mengatakan, keberadaan TPS3R di wilayahnya cukup efektif menekan volume sampah. Setidaknya, sampah rumahan dari 1.200 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar pada 4 RW di tampung di sana.

“Kita pengurusnya 3 orang, dan pekerja lapangan ada 7 orang. Totalnya ada 1.200 KK yang kita ambil sampahnya kesini,” ungkapnya.

Tiap bulan, kata dia, KSM TPS3R Reni Jaya menerima hasil penjualan sampah plastik sebesar Rp3,5 juta. Ditambah lagi dengan penjualan pupuk hasil produksi sampah tersebut, di mana tiap kilo pupuk dijual sebesar Rp1.000.

“Kita berdayakan warga di sini untuk bekerja, jadi gajinya itu dari hasil penjualan dan pengelolaan sampah di sini. Manfaatnya itu memang terasa, dari lingkungan juga tertangani sampahnya, begitu juga dengan nilai ekonomisnya,” ungkapnya. (rls)

Berita Lainnya
Leave a comment