Untuk Kepentingan Umum

Pentingnya Pemahaman Agama dan Pola Asuh Demi Cegah Kasus Anak

RESPUBLIKA.ID – Pola asuh yang baik dari orang tua menjadi hak dasar bagi anak.

 

Pendidikan agama sedari dini juga diyakini mampu menjaga norma-norma kehidupan.

 

Pasalnya, apabila pemahaman agama dan pola asuh tidak dijalankan dengan baik, akan berimbas kepada perilaku, bahkan terjadinya kasus kekerasan yang mendera anak, baik anak sebagai korban maupun pelaku.

 

Kepala Unit Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Tangsel, Tri Purwanto mengatakan,  terjadinya kekerasan pada anak diantaranya disebabkan oleh kurangnya pemahaman agama dan juga pola asuh yang tidak baik dari orang tua.

 

Dari pola asuh yang tidak baik itu, anak akan mencari kenyamanan di luar rumah, lantaran tidak didapati dari orang tuanya. 

 

“Penyebab kekerasan pada anak terjadi karena kurangnya pemahaman agama, orang tua tidak mengerti pola asuh yang baik. Selain itu faktor ekonomi dan pernikahan usia muda, konten kekerasan dan pornografi di media sosial, kondisi psikologi tidak stabil, pergaulan bebas dan ketidak kesetaraan gender,” kata Tri ditulis, Senin (6/3/2023).

 

Jika anak sudah merasa tidak mendapatkan kenyamanan dari orang tua, Tri menuturkan, maka anak akan mencari kenyamanan di luar rumah.

 

Hal itu, kata dia, dikhawatirkan menjadi celah pemanfaatan oleh orang-orang tak bertanggung jawab seperti predator anak dengan modus grooming, dimana dalam kondisi tersebut anak tidak sadar bahwa dirinya sedang diperdaya oleh pelaku.

 

“Waspada modus grooming, ini yang terjadi, diawali dengan membangun kedekatan emosional sebelum melancarkan aksinya. Setelah si korban terperangkap atau percaya merasa nyaman, pelaku grooming meminta anak untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh untuk memenuhi hasrat seksualnya seperti meminta foto atau video yang berbau pornografi hingga pertemuan yang berujung pada kekerasan seksual,” tuturnya.

 

“Dalam kondisi itu anak tidak sadar bahwa dia sedang diperdaya dan meminta merahasiakannya. Para orang tua wajib mengawasi dan mengontrol dunia digital anak,” tambahnya.

 

Tri mengungkapkan, ketika seorang anak sudah mengalami kekerasan, akan berdampak buruk bukan hanya pada fisik saja.

 

Tetapi berdampak pula pada mental dan juga masa depan seorang anak.

 

“Dampak kekerasan fisik, cedera kecacatan permanen, gangguan fungsional tubuh dan sebagainya. Kesehatan mental seperti depresi, trauma mendalam, kecemasan dan insomnia. Selain itu dampak

Kesehatan reproduksi  seperti kehamilan tak dikehendaki, keguguran, HIV Aids dan penyakit menular lainnya,” ungkapnya.

 

Untuk mencegah terjadinya kasus kepada anak-anak, Tri menambahkan, anak diminta meningkatkan ilmu agama dan rajin ibadah, mengikuti kegiatan sosial yang berkaitan dengan pencegahan kasus perempuan dan anak.

 

Kemudian, anak juga diarahkan untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan positif, bijaksana menggunakan gadget, serta berani mengatakan tidak jika diajak melakukan perbuatan yang melanggar norma agama.

 

“Selainitu biasakan untuk menggunakan pakaian yang tertutup dan longgar, jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal, mengetahui bagian tubuh yang tidak boleh disentuh, dan usahakan selalu bersama orang lain yang dipercaya bila ada yang memanggil atau mengajak,” pungkasnya.(Ari)

 

Berita Lainnya
Leave a comment