Walikota Tangerang Arief R Wismansyah meminta semua pihak untuk terlibat dalam persoalan kesehatan. Langkah ini dijalankan untuk mewujudkan Tangerang kota sehat. Hal itu ia sampaikan saat membuka acara Rapat Kerja Kesehatan Daerah 2018 (Raker Kesda) pada hari Selasa (28/8) berlokasi di aula dinas kesehatan Kota Tangerang.
“Raker ini bertujuan untuk merumuskan program kerja kedepan yang akan dilakukan oleh seluruh rumah sakit berlokasi di Kota Tangerang,” katanya.
Raker 2018 memiliki tujuan membangun sinergitas pemerintah dan pihak swasta dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) melalui percepatan eliminasi tuberkulosis, penurunan stunting, serta peningkatan cakupan serta mutu imunisasi.
Di Indonesia penderita Tuberkulosis terus meningkat, hingga tahun 2017 ditemukan 112 jiwa per 100 ribu penduduk. Selain itu stunting atau gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis juga sangat menjadi perhatian kami.
“Ditemukan masih ada kasus stunting di wilayah Kota Tangerang, penanganan yang diberikan sangat serius. Dinas Kesehatan melalui puskesmas memberikan pendampingan khusus dalam menanganinya”.
Arief berharap selain sosialisasi yang dilakukan puskesmas pada masyarakat dewasa, sosialisasi bisa juga diberikan kepada para siswa di sekolah-sekolah.
“Karena pengajaran yang ditanamkan sedini mungkin bisa menjadi kebiasaan yang baik kedepannya nya, bahkan bisa membawa dampak untuk keluarga siswa itu sendiri. Semoga mereka bisa menjadi agen-agen yang paham tentang budaya hidup sehat” imbuh Arief
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Liza Puspadewi mengatakan, Rakerkesda merupakan kegiatan yang dilakukan setiap tahun. Untuk tiga tema yang dibahas dalam Rakerkesda sendiri merupakan rumusan dari Rakerkesnas.
Kata Liza, secara nasional angka stunting sebesar 33 persen atau dari 100 balita 33 diantaranya terlambat tumbuh kembangnya baik secara fisik maupun tumbuh kembang otak.
“Untuk itu kami memiliki program Siseksi (sistem monitoring seluruh siklus kehidupan-red). Jadi saat hamil dilakukan pendampingan agar si ibu siap untuk hamil, siap untuk melahirkan bayi yang sehat, dan kami dampingi terus sampai 1000 Hari Pertama Kelahiran,” ungkapnya.
Sementara untuk eliminasi TB, Dinkes berupaya mengedukasi masyarakat agar paham dan sadar bahwa TB merupakan infeksi biasa yang bisa disembuhkan dan memberitahu masyarakat yang terjangkit TB untuk menjalani pengobatan selama enam bulan.
“Program kami tahun ini kami berinama Simintul (aksi eliminasi tuberkolosis), itu kami lakukan dua kali dalam setahun yakni Maret dan November. Kami melakukan pemerikasaan dahak dari rumah ke rumah yang dicurigai penghuninya mengidap TB, dan semakin banyak yang ditemukan akan semakin banyak pula yang diselamatkan dari penularannya,” jelasnya.
Sedangkan untuk imunisasi, pemerintah harus berupaya untuk mencegah penyakit yang bisa diminimalisir dengan pemberian imunisasi sepeeti campak, difteri, hepatitis, rubela dan beberbagai penyakit lainnya. Kata Liza, pihaknya telah memberikan imunisasi pada usia 0-19 tahun sesuai dengan peruntukannya.
“Untuk memastikan imunisasi berkualitas kami memastikan suhu penyimpanan vaksinnya, misalnya ada yang harus disimpan di suhu 4 derajat selsius atau dibawah 0 derajat,” pungkasnya. (adv)