Kedatangan cawapres Ma’ruf Amin ke Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) sempat didemo puluhan mahasiswa. Mereka menolak kedatangan Ma’ruf dan meminta pihak universitas netral dari kegiatan politik.
Para aktivis yang berdemo terdiri dari Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia), dan GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia).
“Kami menolak kedatangan beliau ke sini (Untirta) sebagai cawapres,” kata salah satu mahasiswa di depan Masjid Syekh Nawawi Al Bantani Untirta, Serang, Banten, Senin (17/9/2018).
Mahasiswa yang melakukan aksi mengatakan kedatangan Ma’ruf Amin ke Untirta dinilai melakukan kampanye terselubung. Mereka menolak kampus dijadikan tempat untuk politik praktis.
“Meminta kepada rektorat untuk memulangkan beliau. Aksi ini akan terus berlanjut sampai beliau pulang,” kata mahasiswa.
Mereka juga menilai pihak kampus sudah tidak netral. Mereka membentangkan penolakan politik praktis di dalam kampus.
Sementara itu, di hadapan mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Ma’ruf Amin bicara soal hijrah dirinya menjadi cawapres mendampingi Jokowi. Seorang kiai, menurut Ma’ruf, pun bisa hijrah menjadi calon wakil presiden, bahkan presiden.
“Saya hari ini hadir insyaallah saya sudah menuju hijrah. Saya akan menuju jalur hijrah berkiprah di jalur struktural. Karena saya sekarang itu diajak Pak Jokowi untuk menjadi calon wakil presiden,” kata Ma’ruf.
Ma’ruf mengaku sebagai orang Banten pertama yang dipilih sebagai calon wakil presiden. Ia berharap ada pemuda-pemuda dari Banten nanti yang bisa mengikuti jejaknya menjadi calon wakil presiden atau bahkan presiden.
“Kalau kali ini saya datang sebagai calon wakil presiden, nanti saya datang lagi ke Untirta sebagai wakil presiden, bukan calon lagi. Oleh karena itu, mohon doa restunya,” katanya.
Dalam ceramah itu, Ma’ruf juga mengatakan akan menguatkan pembangunan nasional Indonesia. Ia menyebutnya hijrah ekonomi arus baru. Di situ disiapkan landasan atau runway paling tidak untuk 2014, jadi setelah itu Indonesia bisa lepas landas dengan pijakan yang kuat.
“Saya sampaikan sebagai semangat hijrah, arus baru ekonomi Indonesia. Kenapa? Karena arus lama pembangunannya melahirkan konglomerat dengan menggunakan teori trickel down effect ternyata tidak netes ke bawah,”katanya.
Arus baru ini, menurutnya, membalik itu semua. Ekonomi harus didasari Pancasila dan arus baru itu adalah ekonomi kerakyatan dan keumatan. (eni/firda)