Untuk Kepentingan Umum

Pornografi Lebih Berbahaya dari Narkoba

Kabid Pengendalian Penduduk pada Perwakilan BKKBN Provinsi Banten Budoyo (kanan) saat Sosialisasi Pembangunan Keluarga di Desa Kamurang, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Senin, (26/11/2018).

Perkembangan dunia digital semakin massif terjadi. Kini, sebagian besar remaja di Banten mudah mengakses berbagai konten yang tersedia di internet melalui ponsel pintar.

Namun, kemudahan itu bisa disalahgunakan dengan mengakses berbagai konten bermuatan pornografi, karena pada usia remaja, tingkat rasa ingin tahu serta emosi yang belum stabil, kerap memicu perilaku menyimpang.

Namun, dibalik kemudahan itu, serta terpenuhinya rasa ingin tahu, ternyata ada dampak yang ditimbulkan akibat menonton atau mengakses konten bermuatan pornografi.

Kabid Pengendalian Penduduk pada Perwakilan BKKBN Provinsi Banten Budoyo mengatakan, berdasarkan hasil penelitian terhadap remaja yang sering mengakses konten pornografi, didapatkan fakta-fakta yang sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan aspek kejiwaan.

Dari data tersebut, kata Budoyo, terjadinya kerusakan pada pre frontal cortex otak yang berfungsi memahami aspek nilai-nilai atau moral perencanaan dan pengambilan keputusan.

“Sehingga pada anak atau remaja yang mengalami kerusakan otak pada bagian ini mengalami kesulitan membedakan baik dan buruk, kesulitan dalam merencanakan kehidupannya ke depan, kesulitan dalam pengambilan keputusan, penyusutan jaringan otak, lambat laun otak alami pengecilan dan kerusakan permanen,” bebernya usai menjadi narasumber Sosialisasi Pembangunan Keluarga di Desa Kamurang, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Senin, (26/11/2018).

Dengan demikian, lanjut Budoyo, pornografi sangat berbahaya bagi anak dan remaja, bahkan ia menyebut jauh lebih berbahaya dari narkoba, karena kerusakan karena pornografi terjadi di 5 bagian otak, dan kerusakan karena narkoba terjadi di 3 bagian otak.

“Akibat pornografi terjadi gangguan emosi, perasaan kacau, karena selalu tertarik mencari konten pornografi,” tambahnya.

Selain itu, pecandu konten pornografi juga, jelas Budoyo, memiliki tingkat emosi yang labil seperti mudah marah dan tersinggung, khususnya bila kegiatannya mengakses pornografi terganggu serta rasa cemas takut rahasianya terbongkar, pelupa dan sulit berkonsentrasi.

“Dampak lainnya yaitu tidak mampu menjadi asosial, penyendiri dengan khayalannya sehingga jauh dari keluarga dan teman-temannya,” bebernya lagi.

Selain dampak secara personal, pronografi juga dikatakannya, memicu terjadinya seks bebas dan seks pra nikah. Dijelaskan Budoyo, hal ini yang kemudian menjadi pemicu masalah kependudukan.

“Karena seks bebas dan seks pra nikah itu memiliki konsekuensi secara personal dan sosial. Dampak negatif dari dua perilaku ini juga akhirnya menjadi beban pemerintah dan masyarakat,” kata Budoyo.

Lanjut Budoyo, anak-anak dan remaja perlu terus diberikan akses informasi, pendampingan dan pemberdayaan, sehingga usia produktif mereka tidak menjadi sia-sia akibat terjerumus pada perilaku menyimpang.

“BKKBN melalui program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga terus gencar mempromisikan program generasi berencana untuk remaja. Tujuannya agar remaja kita menjadi remaja yang berkualitas dengan terhindar dari perilaku menyimpang,” tukasnya.

Berita Lainnya