Untuk Kepentingan Umum

Dinkes Kota Tangsel Sosialisasi HIV/AIDS

Dinas Kesehatan Kota Tangsel terus melakukan sejumlah terobosan guna menangkal penyakit menular. Seperti yang dilakukan pada saat peringatan HIV/AIDS 1 Desember lalu. Bahkan sistem Informasi HIV/AIDS atau SIHA yang dikelola Dinkes Kota Tangsel sudah melakukan tes kepada 7.718 orang dari sejumlah beberapa latar belakang. Salah satunya adalah ibu rumah tangga.

HIV merupakan singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”. Virus ini merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS. Jika anda terinfeksi HIV, anda akan dikatakan sebagai HIV positif.

HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, yang mana adalah pertahanan tubuh terhadap penyakit. Jika sistem kekebalan tubuh seseorang telah dirusak oleh virus, maka akan mengembangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Ini berarti mereka akan mendapatkan infeksi dan penyakit yang mana tubuh mereka biasanya bisa melawan.

Pelaksana Tugas (plt) Dinkes Kota Tangsel Deden Deni mengatakan, tujuan kegiatan pemeriksaan ini untuk mempromosikan test HIV, yang selaras dengan tema nasional yaitu, “Saya Berani, Saya Sehat”. Artinya, kelompok beresiko yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 43 Tahun 2016, harus berani mengetahui status HIV-nya.

Ini juga bagian dari kampanye bahwa diskriminasi terhadap HIV/AIDS sudah harus dihilangkan. Jangan sampai ada lagi penderita mengalami diskriminasi lantaran menderita penyakit tersebut.

Sebaliknya, mereka harus diberikan kekuatan agar bisa tetap semangat meski punya penyakit HIV/AIDS. Nah, lewat gerakan Saya Berani, Saya Sehat ini juga sekaligus untuk mensosialisasikan tentang penyakit ini. Tidak perlu takut lagi dengan penyakit ini.

“Kalau dulu HIV/AIDS dibicarakan secara diam-diam. Sekarang tidak ada lagi. Yang positif masih bisa melakukan aktibitas seperti biasa. Terpenting menjaga kondisi tubuh dan rajin minum obat,” imbuhnya.

Deden mengatakan dengan mengetahui status jika hasilnya reaktif atau positif maka akan langsung mendapatkan obat ARV (Anti Retroviral). Tetap bisa hidup normal tidak jatuh pada kondisi AIDS dengan syarat patuh terhadap pengobatan.

“Dan juga jika non reaktif/negatif maka mendapatkan konseling kesehatan bagaimana agar tidak tertular HIV. Hal ini dapat mendorong percepatan tercapainya penurunan epidemi HIV,” jelasnya.

Deni menambahkan, banyak UPT Puskesmas di Kota Tangsel menerima pasien ODHA. Mereka berasal dari sejumlah wilayah. Seperti Kabupaten Bogor, Jakarta Selatan dan Kabupaten Tangerang. Penanganan pasien ODHA sama dengan lainnya. Tidak ada perbedaan karena memang penyakit ini harus segera diberantas. Tinggal bagaimana penanganan dan cara mengantisipasi.

Ia yakin pencegahan dan penanganan HIV/AIDS bisa digarap dengan sebaik mungkin dengan catatan mendapat dukungan seluruh eleman masyarakat. Bila ini bisa diwujudkan, tentunya pemberantasannya bisa semakin mudah.

“Makanya saya mendorong agar masyarakat juga tahu apa itu HIV/AIDS. Jika sudah mengetahui akan lebih mudah untuk dapat memberantasnya. Minimal pendidikan tentang HIV/AIDS ini bisa dipahami oleh masyarakat,” ujarnya. (adv)

Berita Lainnya