Untuk Kepentingan Umum

Industrialisasi Picu Migrasi Penduduk ke Cikande, Serang

Kabid Pengendalian Penduduk pada Perwakilan BKKBN Banten Budoyo (tengah) saat Sosialisasi Pengendalian Penduduk di Ciagel Timur, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Selasa, (4/12/2018).

Penduduk Kabupaten Serang terus bertambah seiring dengan bertambahnya kelahiran dan migrasi. Saat ini, Kabupaten Serang menempati berada di posisi keempat di Banten dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Serang pada tahun 2017 dikatakan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk pada Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Banten Budoyo naik 0,61 persen. Persentase itu tumbuh dari 1.484.502 jiwa pada tahun 2016 menjadi 1.493.591 jiwa pada tahun 2017.

“Kenaikan jumlah penduduk ini, disinyalir selain karena faktor kelahiran juga karena faktor migrasi penduduk. Karena wilayah Kecamatan Cikande menjadi salah satu tujuan migrasi, ada industri disana,” ungkap Budoyo, disela-sela Sosialisasi Pengendalian Penduduk di Ciagel Timur, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Selasa, (4/12/2018).

Lanjut Budoyo, Kecamatan Cikande menempati posisi jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Serang, yaitu mencapai 97.774 jiwa. Sebaliknya Kecamatan Gunungsari dengan
total penduduk 20.609 jiwa menjadi kecamatan yang paling sedikit penduduknya.

“Fakta ini karena Kecamatan Cikande merupakan salah satu daerah kawasan industri di Kabupaten Serang yang memungkinkan untuk menjadi faktor penarik terjadinya migrasi penduduk,” jelasnya.

Masih kata Budoyo, Namun untuk tingkat kepadatan penduduk, justru Kecamatan Ciruas yang merupakan ibukota kabupaten dengan menempati peringkat terpadat, dengan 2.198 jiwa per kilometerpersegi. Sebaliknya Kecamatan Gunungsari merupakan daerah yang paling jarang penduduknya, yakni 424 jiwa per kilometer persegi.

Dengan fenomena tersebut, kata Budoyo, Pemkab Serang harus semakin masif menekan laju pertumbuhan penduduknya, salah satu yang disarankannya adalah meningkatkan jumlah peserta KB aktif yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

“Serta harus menurunkan tingkat putus pakai kontrasepsi,” imbuhnya.

Keikutsertaan penduduk aktif ber-KB, diharapkannya dapat menurunkan angka kelahiran total (TFR), sehingga menekan laju pertumbuhan penduduk.

“Jika tidak demikian, maka pengendalian penduduk semakin berat,” tandasnya.

Berita Lainnya