
Meningkatnya curah hujan dan perubahan iklim saat ini, membuat nyamuk Aedes Aegypti berkembang dan mempengaruhi meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di beberapa wilayah, salah satunya Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Terlebih, menurut Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangsel Tulus Muladiyono, penggerakan massal Satu Rumah Satu Jumantik sebagai antisipasi atau langkah awal menghadapi cuaca seperti ini tidak dilakukan oleh semua warga.
“Padahal, antisipasi satu rumah satu jumantik adalah langkah awal untuk menghadapi kondisi cuaca seperti ini. Kita juga kewalahan, karena tidak semua warga melakukan hal tersebut,” beber Tulus saat dikonfirmasi, Selasa (22/1/2019).
Adanya jentik, katanya, harus tetap dibersihkan oleh masing-masing anggota keluarga yang ada di dalam rumah. Terlebih, penggerakan massal jumantik belum bisa dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Nah tidak semua masyarakat mau menangani kebersihan rumahnya, tergantung dari masing-masing orangnya. Kalau hanya sebagian yang melakukan ya tidak bisa menolong lingkungannya,” lanjutnya.
Sementara untuk mengatasi meningkatnya jumlah populasi nyamuk dewasa di RT dan RW, Dinkes Tangsel memberlakukan fogging yang harus dilakukan hingga masuk ke dalam rumah. Namun, keinginan masyarakat untuk fogging diluar rumah masih sangat banyak.
“Ya gak bisa seperti itu, kan nyamuknya ada di dalam rumah. Mau gak mau kita harus lakukan fogging. Hal inilah yang menjadi sulit untuk mencapai efektifitas fogging yang mencapai 80 persen,” paparnya. (den)