Untuk Kepentingan Umum

Milenial, Podcast, Arsitek, hingga Tampilnya Pilar Saga Ichsan

Pilar Uy
Pilar Saga Ichsan

Kata milenial kini sering kita dengar. Maklum, zaman yang kini berkembang ini membuat banyak perubahan serapan kata. Contoh kata santuy yang dulunya santai. Tua jadi old. Maupun kata-kata lainnya. Sekarang ini milenial menjadi begitu familiar. Bahkan presiden Jokowi juga seolah-olah ikut latah dengan padanan milenial. Ia punya staf ahli presiden yang isinya milenial. Dari bidang politik, komunikasi, publik, dan lain sebagainya. Hal itu menandakan kaum ini menjadi kekuatan yang mumpuni. Seorang presiden pun hingga memberikan ruang untuk kelompok muda.

Milenial memang identik dengan generasi muda. Sebuah generasi berusia 17 tahun hingga 40 tahun. Generasi yang pantas disematkan kepada anak-anak muda. Mereka biasanya memiliki jiwa memberontak, antimainstream, hingga suka perubahan. Juga tidak suka yang kaku-kaku, birokrasi ribet, feodal dan lain sebagainya.

Nah, semangat milenial kini juga sampai ke daerah-daerah. Mereka kini sudah mulai masuk ranah politik. Banyak juga generasi muda ini menjadi calon kepala daerah hingga sukses menjadi kepala daerah. Seperti Bupati Trenggalek Muhamad Arifin yang menjadi kepala daerah di usia 26 tahun. Kini jelang pilkada 2020 beberapa nama calon milenial sudah bermunculan. Di Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan seperti mewakili generasi muda. Ia sudah resmi menjadi calon wakil walikota Tangsel mendampingi Benyamin Davnie. Usianya baru 29 tahun. Sementara Benyamin Davnie 62 tahun. Separoh usia sang calon walikota.

Poster-poster hingga billboard Pilar kini banyak ditemui di sudut keramaian. Dari jalan protokol hingga perkampungan. Gambaran yang ditampilkan begitu segar. Kacamata, baju biru muda, gigi putih, hingga senyum yang terlihat lepas. Dari gambar tersebut Pilar ingin direpresentasikan sebagai wakil milenial.

Citra tersebut rupanya begitu terlihat ketika bertemu langsung Pilar beberapa waktu lalu. Yakni ketika ia mendatangi studio Respublika Channel. Mengenakan baju kerah warna kuning muda, sepatu Nike, jam tangan kulit, topi, ia tampil percaya diri.  Bersama tim yang juga berusia muda, Pilar hendak mengisi podcast di Respublika. Obrolan berlangsung cair. Tak ada sambutan mewah seperti ketika calon kepala daerah mengunjungi sebuah tempat. Bahkan minum, makanan ringan belum ada saat Pilar tiba. Semuanya serba terburu-buru. Kopi pun baru disajikan ketika sang tamu meminta. Obrolan berlangsung cair karena isinya yang ringan-ringan. Dari mulai keluarga, selera musik, sampai isu Covid-19 yang memang jadi pergunjingan sebulan terakhir.

Pilar bercerita kenapa ia terjun ke politik. Dilahirkan dari keluarga besar politik, mau tidak mau, dirinya terbiasa dengan bahasan politik. Ibunya Ratu Tatu Chasanah adalah bupati Serang. Bibinya Airin Rachmi Diany, walikota Tangsel. Sepupunya Andika Hazrumy adalah wakil gubernur Banten. Dengan komposisi seperti itu, Pilar pun sudah terbiasa dengan politik. Ketika diusung sebagai calon wakil walikota Tangsel, dirinya sudah tidak aneh lagi sama dunia politik.

“Sebetulnya saya tidak buta-buta banget dengan politik. Keluarga besar terjun di dunia politik. Ketika terjun sudah tidak asing lagi. Semuanya berjalan secara alamiah,”katanya, membuka obrolan.

Ia mengisahkan, penunjukkan sebagai calon wakil didasarkan kepada kebutuhan partai. Kebetulan dirinya adalah kader golkar. Setelah dilihat dari pertimbangan, dirinya memenuhi standar yang dibutuhkan. Jadinya, ketika sudah terjun harus all out. Tidak boleh setengah-setengah. Dirinya pun harus siap meninggalkan dunia arsitek dan usahawan, yang sudah lama digelutinya. Memasuki dunia baru. Politik.

Dengan latar belakang sebagai arsitek, ia mau menerapkan ilmunya untuk sebuah kebijakan apabila nanti diberikan amanah memimpin Tangsel. Baginya identitas kemajuan sebuah kota, itu dengan banyaknya tempat-tempat terbuka ataupun ruang publik. Itu harus di desain. Bicara ranah desain kota, arsitek memiliki peranan penting. Presiden pertama, Soekarno adalah seorang arsitek. Sang proklamator, menurut Pilar membangun negeri ini dengan cinta. Membangun negeri ini dengan peninggalan sebuah karya seni yang bisa dilihat hingga kini. Ia bermimpi mau membuat hal itu di Kota Tangsel.

Ketika tampil di podcast Respublika, Pilar banyak menelurkan ide tentang bagaimana membangun kota lewat sentuhan arsitek. Misalnya ia ingin membangun banyak ruang publik hingga tingkat RT. Melalui ruang ini masyarakat bisa berinteraksi, masyarakat bisa bersosialisasi, masyarakat bisa relaksasi. Tempat tersebut bisa membuat masyarakat lebih rileks. Sehingga ketika memulai pekerjaan muncul ide-ide baru. “Saya mencoba mewujudkan hal itu. Ruang publik penting. Ini yang tengah saya pikirkan bagaimana membuat konsepnya untuk kemudian bisa diimplementasikan,” ujarnya.

Obrolan sepanjang 47 menit di podcast Respublika channel banyak berkisah tentang pemanfaatan lahan kosong. Menata kota agar lebih indah, hingga hobinya. Meski cerita tentang kesukaan naik gunung hanya sedikit. Tak sebanyak ia berkisah mengenai penataan kota lewat ide seorang arsitektur. Baginya ini menarik. Mengingat indeks pembangunan manusia (IPM) di Kota Tangsel termasuk paling tinggi di Indonesia. Dengan IPM yang tinggi, konsep kota yang tertata dengan bagus, banyaknya fasilitas publik, pelayanan yang mudah, kota cerdas, banyak dibahas. Termasuk gaya komunikasi yang menurut Pilar harus lebih fresh. Birokrasi yang kaku, feodal, harus mulai ditinggalkan. Tidak adalagi jarak antara pemimpin dengan rakyatnya. Maka itu, ia bercerita, sering mengunjungi tongkrongan anak muda bahkan orang tua. Sekadar mengetahui apa sih pembicaraan mereka. Dari informasi ini, kata Pilar, bisa dijadikan acuan untuk menerapkan sebuah kebijakan.

Selepas podcast, Pilar bersama awak Respublika makan di sebuah saung ikan cere. Saung yang berada di Kranggan, Setu ini sangat terkenal. Menyajikan ikan kering, tahu, sayur asem beserta sambal begitu menggugah rasa. Di tengah-tengah sajian makanan, kamera merekam aktivitas sang calon wakil walikota. Dengan gaya santai khas anak muda, ia menjelaskan makanan tersebut.

Sejarahnya hingga rasanya. Katanya, dirinya terbiasa menjelaskan tempat makan yang biasa dikunjungi. Buat konten Instagram. Nah, media sosial kini sudah bukan hanya tempat obrolan biasa. Ia menjadi ruang untuk ajang promosi. Termasuk yang dilakukan Pilar Saga Ihsan. Tak terasa perjumpaan dengan Pilar sudah berlangsung tiga jam. Bersama romongan, ia pamit undur diri karena harus mengunjungi beberapa titik lagi.

“Masih ada beberapa tempat yang mau didatangi. Tidak begitu banyak karena wabah corona ini membuat sosialisasi berkurang. Paling hanya melakukan penyemprotan disinfektan. Pemberian hand sanitizer, hingga masker. Semoga bisa corona bisa selesai agar kehidupan kembali normal,” ungkapnya.

Pilar masuk ke mobil Innova yang sudah menuggu. Rombongan yang didominasi anak-anak muda itu pergi meninggalkan saung yang tidak begitu ramai itu. Ya, ia ingin melanjutkan agendanya hari ini. Mengunjungi sejumlah tempat-tempat yang belum disinggahinya. (dawson)

 

 

Berita Lainnya
Leave a comment