Banksa Suci Minta Pemkot Tangsel Tutup TPA Cipeucang
Pasang Washtrap Cegah Masuknya Sampah ke Kota Tangerang
TANGERANG – Jebolnya tanggul penahan sampah TPA Cipeucang, Tangsel 22 Mei lalu ke Sungai Cisadane menarik perhatian pemerhati lingkungan hidup (Banksa Suci) Ade Yunus. Sebuah Washtrap sepanjang 70 meter pun disiapkan Banksa Suci untuk mencegah masuknya sampah ke Kota Tangerang.
Founder Banksa Suci Ade Yunus menjelaskan, alasannya memasang washtrap adalah untuk mencegah masuknya sampah ke Kota Tangerang. Terlebih,
pasca jebolnya turap masih tersisa endapan sampah sedalam 6-8 meter didasar Sungai Cisadane yang belum terangkut. “Kita pasang alat itu untuk meminamilisir sampah dari Tangsel, sehingga tidak masuk ke Kota Tangerang dan tidak masuk ke pintu 10 sehingga mencemari sumber air baku PDAM,” ujarnya ketika dihubungi, Rabu (17/6/2020).
Ade mengaku, pemasangan washtrap efektif menahan masuknya sampah dari TPA Cipeucang ke Kota Tangerang. ” Sudah 10 ton lebih sampah kita minta bantuan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang untuk mengangkutnya,”tambahnya.
Ia pun berharap, Pemkot Tangsel segera mengambil tindakan tegas. Yaitu dengan menutup atau merelokasi TPA ke lokasi yang lebih layak. Karena lokasi TPA Cipeucang saat ini berada di sepadan sungai. Terlebih, Pemkot Tangsel sudah mencetuskan wacana pemindahan TPA ke daerah Nambo, Kabupaten Bogor. “Dari awal sebelum memekarkan diri, Pemkab Tangerang sudah menyarankan bikin TPA di Kabupaten dan Tangsel. Eh tau tau Tangsel buat sendiri, yang lokasinya tidak sesuai dengan standar karena berdekatan dengan garis sepadan sungai,” tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga meminta pertanggung jawaban Pemkot Tangsel membersihkan Sungai Cisadane. “Kita minta tutup dan relokasi kita minta ke pemkot tangselbersihkan yang ada didasar sungai. Bateng bareng tanggung jawab lah bersihin sampai bawah. Kalau untuk pengalihan ke Jatiwaringain pak wali izinkan gak. Harus dikaji lagi dari Kabupaten bagaimana kan sudah ada warga yang tolak. Sudah realisasi kan saja yang sudah di gembar gemborkan di Nambo. Jika memang tidak ada lahan, kan bisa minta fasos fasum dari pengembang,” tegasnya.