Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Sulaimaniyah Ibnu Abbas Japos resmi dibangun di Kota Tangsel. Pembangunan tempat pendidikan para penghafal Al-Quran di Perumahan Graha Japos Lestari, Jurangmangu Barat, Pondok Aren itu ditandai dengan peletakan batu pertama, Minggu (31/10/2021).
Ketua Pembina Yayasan Ibnu Abbas, Darto Yudhi Priyanto mengatakan, Ponpes yang didirikan di atas tanah seluas 700 meter itu saat ini hanya diperuntukan bagi Hafidz atau penghafal Al-Quran laki-laki saja.
Meski memperioritaskan pelajaran agama Islam, namun kata Darto, Ponpes itu juga menerapkan sistem pendidikan muadalah, yakni suatu proses penyetaraan antara institusi pendidikan di pesantren, maupun di luar Ponpes.
“Nanti disini fokusnya di tahfidz Al Quran, terus bukan berarti pelajaran non agama tidak dapat, artinya untuk mata pelajaran penting di umum mereka tetap belajar. Jadi santri Insya Allah akan belajar tiga tahun se level SMP, nanti lulus di sini mereka akan melanjutkan pesantren Sulaimaniyah se level SMA,” kata Darto saat ditemui di lokasi.
Pesantren Tahfidz Al-Quran Ibnu Abbas Japos ini, kata dia, dapat menampung sekira 50 hingga 60 santri laki-laki. Untuk menjadi murid di Ponpes ini, calon santri disyaratkan memiliki kemauan yang tinggi dan juga sudah menghafal sebanyak 22 surat, mulai dari surat Ad-Duha hingga An-Nas.
Santri lulusan pesantren tersebut, kata Darto, nantinya memiliki kesempatan mendapatkan bea siswa untuk kembali melanjutkan belajar di Turki.
“Di Japos ini akan dibangun tiga lantai, tapi ini santrinya tidak terlalu banyak, karena memang standarnya antara 50-60 orang santri, supaya fokus dalam belajar. Kalau dia sudah lulus tingkat SMP, dan meneruskan ke SMA, setelah lulus dan hafal 30 juz, dia berhak mendapat bea siswa ke Turki,” tuturnya.
Di lokasi yang sama, pembina Yayasan Ibnu Abbas Japos Emma Sri Martini mengungkapkan, Ponpes yang dibinanya itu menggunakan metode pembelajaran mengikuti standar Sulaimaniyah Turki.
Dimana, portofolio Ponpes pencetak para penghafal Al-Quran ini, kata Emma, sudah terbukti bukan hanya di Indonesia saja, melainkan di berbagai negara.
“Portofolio mereka sudah terbukti bisa sukses di berbagai negara bukan hanya saja di Indonesia seperti di Eropa dan Amerika, kurang lebih sudah ada 70an di dunia plus 70 juga di Indonesia. Nah tentunya standarisasinya sudah berbasis digital mulai materi, monitoring, metode dan testingnya sudah berbasis digital. Jadi standarnya semua mengikuti Turki. Nah itu yang membedakan dari pesantren lainnya,” ungkapnya.
Kemudian, kelebihan dari Ponpes Sulaimaniyah Ibnu Abbas Japos ini juga mengajarkan bagaimana para santri dapat menerapkan ajaran Al-Quran dan sunah Rasul seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Selain mencetak Hapidz, Emma mengatakan, Ponpes yang dibinanya itu juga dapat mencetak pengajar-pengajar handal yang dapat meregenerasi para penghafal Al-Quran. “Nah program ini sebenarnya intinya ingin menggenerate para tahfidz yang mengajar. Nah jadi santri di sini dicetak untuk mengajarkan kembali ilmunya. Menurut saya ini sangat baik ya, jadi tidak berhenti disatu generasi, tapi bisa turun menurun,” pungkasnya. (ari)