Untuk Kepentingan Umum

Gawat, Angklung Gubrak Hampir Punah

TIGARAKSA- Anggota Kelompok Kerja (Pokja) Wartawan Harian Kabupaten Tangerang Widi Hatmoko meminta Pemkab Tangerang lebih serius memperhatian kesenian tradisional. Pasalnya, warisan kebudayaan asli di kota 1001 industri ini nyaris punah.

“Perhatian Pemkab Tangerang terhadap kesenian tradisional masih sangat kurang sekali, padahal saat ini kelompok tersebut semakin sedikit bahkan nyaris punah,” ujarnya, disela-sela festival kesenian tradisional Tangerang, di Mardi Gras, Citra Raya, Panongan, Minggu (5/11/2017).

Ia mencontohkan, angklung gubrak asal Kresek, yang saat ini hanya tersisa satu kelompok. Seni tradisi yang biasanya digunakan masyarakat untuk memanggil hujan, ritual tujuh bulanan saat masa kehamilan, serta musim panen tersebut kondisinya ibarat mati segan hidup tak mau.

“Mereka sering ditampilkan saat perayaan ulang tahun Kabupaten Tangerang, namun tidak diperhatian regenerasinya,” tambahnya.

Widi pun merasa cemas, jika tidak ada langkah nyata dari Pemkab Tangerang, satu-satunya kelompok yang tersisa yang saat ini berada di Desa Carenang, Kecamatan Kresek pun, angklung gubrak hanya tinggal dikenal nama namun tak ada lagi yang bisa memainkannya.

“Mumpung saat ini masih ada pelaku seninya, harus ada upaya pelestarian, kalau sudah punah sulit untuk menghidupkannya kembali,” terangnya.

Kesenian tradisional lainnya, lanjut Widi adalah tari cukin. Seni tari yang diadaptasi dari cokek tersebut saat ini sedang bergeliat perkembangannya lantaran beberapa sekolah menjadikannya sebagai ekstrakulikuler.

“Semestinya Pemkab Tangerang juga menyediakan ruang kegiatan yang rutin untuk kesenian ini. Misalnya festival tari cukin, agar semakin dikenal masyarakat,”ujarnya.

Widi pun optimis, jika ada niat baik dari Pemkab Tangerang, kesenian tradisional akan tumbuh dan berkembang. Mengingat banyak potensi ekonomi yang bisa mendukung pelaku seni di Kabupaten Tangerang.

“Misalnya, kalau CSR perusahaan untuk mendukung kesenian dari ribuan perusaahaan yang ada, saya yakin kesenian tradisional akan berkembang,” tukasnya.

Diketahui, festival tersebut akan berlangsung sampai 26 November 2017, setiap akhir pekan (Sabtu-Minggu), panitia menampilkan berbagai komunitas kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Tangerang.  (rr/firda)

Berita Lainnya
Leave a comment