Getaran itu terasa keras. Getarannya membuat rasa menjadi tak berarti. Hingga membuat orang berhamburan. Teriakan. Rasa panik. Cemas. Takut. Semua menjadi satu.
Ketika lempengan bumi bergetar. Kita menyebutnya gempa bumi. Hari ini bumi bergetar. Seketika semua orang membicarakannya. Lini massa media sosial juga seperti bergetar.
Saya merasakan bagaimana dahsyatnya gempa bumi. Hari ini ia kembali mengingatkannya lagi. Kisah 11 tahun silam seolah kembali menerawang jiwa saya.
Orang menyebutnya gempa Jogja. Saya menjadi saksi hidup bagaimana ketika alam ini sudah ngamuk, ribuan nyawa melayang. Semua tidak berarti apapun oleh kekuatan gempa yang begitu dahsyat.
Gempa pun mengingatkan kita tentang aktivitas kehidupan. Semua akan berakhir. Goyangan bumi mengindikasikan adanya lempengan yang tidak teratur.
Kita seolah berada di sebuah kapal besar yang bisa saja karam. Kapal itu bernama bumi. Bernama dunia.
Ia pada waktunya akan hancur. Kita menyebut sebagai akhir dunia. Kiamat.
Nah, cerita soal gempa ini memang selalu menyisakan kepiluan. Ada rasa sedih, tangisan, semua menjadi satu yang tidak terhilangkan.
Itu juga menjadi ingatan akan sesuatu yang hilang. Semua akan berakhir. Semua akan menjadi tiada. Saya merasakan betul. Ketika terjadi gempa, semua berhamburan. Menyelamatkan diri. Manusia menjadi egois. Sisi egoisnya hadir. Ketika kepanikan melanda, yang dipikirkan adalah kesendirian. Tanpa siapapun. Bagaimana bisa menyelamtkan diri itu. Tiada apapun.
Suara dari dalam bumi begitu menyeramkan. Seperti ingin marah. Bunyinya begitu keras. Hingga teriakan tidak menjadi apapun. Berita soal gempa pun hampir serupa. Semuanya menggambarkan sebuah kepanikan. Semuanya menggambarkan ratapan. Semuanya menggambarkan rasa sedih.
BMKG kemudian merilis berapa kekuatan gempa, berasal dari mana. Informasi itu untuk memberikan ketenangan. Agar kita tidak panik dan tetap waspada. Meskipun di balik semuanya ada kabar bohong. Misal akan terjadi gempa susulan. Nah, ini yang mengerikan. Semua menjadi panik. Rasa takut kembali timbul dan terus menghantui.
Saya mendapatkan link berita tentang gempa. Rata-rata soal korban, rasa panik, situasi, kondisi dan sebagainya.
Kita seakan larut di dalamnya. Menghingapi kita. Namun dibalik itu, ada pesan yang disampaikan. Bahwa bencana itu tidak bisa diprediksi. Ia akan hadir terus menyapa kita. Tugas kita adalah waspada.
Penggambaran informasi tentang gempa begitu jelas disampaikan. Semua larut, dari orang biasa hingga pejabat tinggi negara. Tidak ada klasifikasi kelas. Semua sama. Merasakan kepanikan. Merasakan takut. Merasakan kegetiran.
Gempa bumi ini memiliki kekuatan 6.4 SR yang berpusat di Lebak, Banten. Getarannya terasa hingga wilayah Tangerang Selatan.
Bahkan, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany yang saat itu sedang mengadakan rapat bersama para kepala dinasnya di Kantor Balai Kota Tangsel di Jalan Serua,Maruga Ciputat ikut panik dan keluar gedung berlantai 4 tersebut bersama puluhan pegawai pemkot lainnya. Ia berlarian. Wajahnya panik. Ada rasa takut dalam dirinya. Rapat langsung bubar akibat ulah gempa.
Airin yang mengenakan pakaian dinas berwarna coklat pun turun langsung menuju lapangan upacara di depan kantornya tersebut.
” Tadi gempa berasa ya, coba cek di masjid berasa gak,” ujar Airin kepada salah satu pegawai Pemkot.
Airin pun kemudian bergegas menghubungi Kepala BPBD Tangsel, Chaerudin untuk mengkonfirmasi dan menanyakan sumber gempa tersebut dan potensi adanya kemungkinan gempa susulan yang terjadi.
” Kira-kira masih aman tidak Pak untuk dilanjutkan kegiatan di Kantor Pemkot,” ujar Airin seperti ditirukan salah seorang pegawai pemkot Tangsel.
Dirinya pun kemudian lantas meminta pihak BPBD Tangsel ke depannya membuat kegiatan simulasi penanganan gempa bumi agar ke depanya jika kejadian gempa bumi tersebut terulang para pegawainya di kantor pemerintahan bisa mengantisipasi dan tidak panik menghadapinya
Suasana serupa juga terjadi di Kota Tangerang. Goyangan gempa memang cukup heboh dan membuat sebagian warga menjadi ketakutan. Kejadian sekira pukul 13.36 WIB ini cukup menggegerkan warga setempat. Lantunan syalawat terdengar nyaring .
Seperti tergambar di Yayasan Islam Asy Syukriyyah pun dibuat heboh. Seluruh siswa-siswi yang saat itu masih dalam kegiatan belajar mengajar diberhentikan.
Seluruh siswa diminta berkumpul di tengah lapangan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Salah satu orang tua siswa, Siti Fathiyyah mengatakan dirinya sempat kaget karena saat duduk menunggu anaknya badannya terasa bergoyang. Ia sempat mengira jika badannya mengalami pusing. Namun ketika melihat keadaan sekitar sebagian benda banyak bergerak.
“Saya pikir tadi saya aja yang pusing, ternyata memang ada gempa. Saya juga langsung cari anak saya takut kenapa-kenapa,” terangnya.
Usai berkumpul di lapangan, kegiatan belajar mengajar di Yauasan Islam Asy Syukriyyah dilanjutkan kembali.
Dari data yang dihimpun, Penyebab gempa berada di Kabupaten Lebak, 1 LS,105.91 BT 81 km Barat Daya di kedalaman 10 Km.
Sedang di Kabupaten Tangerang getaran gempa cukup keras. Bahkan tembok gedung DPRD Kabupaten Tangerang retak. Rupanya kedahsyatannya bikin bulu kudu merinding.
Gempa bumi yang terjadi Selasa (23/1/2018) sekitar pukul 13.34 WIB membuat panik warga serta pegawai yang sedang berada di gedung DPRD Kabupaten Tangerang.
Suasana panik sempat menghiasi para aparatur negara. Mereka berkumpul di lapangan Maulana Yudha Negara. Setelah suasana terasa aman dan terkendali warga serta pegawai tersebut pun kembali ke dalam ruangan.
Namun gempa itu sempat membuat sebagian gedung retak-retak. Para pegawai pun dibuat kaget. Ini ketika beberapa orang mendapatkan terjadi kerusakan pada sebagian gedung tersebut.
Kerusakan itu diantaranya retaknya tembok gedung di lantai dua, terutama di ruang fraksi dan pimpinan DPRD.
Menurut Suhada, salah satu staf fraksi mengatakan, retaknya tembok itu baru terjadi hari ini.
“Tadi sudah kami cek, hampir semua ruang fraksi temboknya retak,” ujarnya.
Ternyata tembok yang retak itu sebagian besar pada posisi antara tiang gedung dengan tembok.
Tembok retak juga terjadi pada sebagian gedung dilantai satu dan tiga, namun kondisi terparah di lantai dua.
“Bahkan ada list plafon yang jatuh dan hampir jatuh,” tambahnya.
Pantauan di lokasi, hingga pukul 15.00 WIB, warga serta pegawai DPRD masih siaga mengantisipasi terjadinya gempa susulan. Mereka berjaga-jaga karena takut ada gempa lagi. Iya, alam memang tidak bisa diprediksi. Secanggih apapun teknologi yang ada. Hanya bisa memprediksi namun tidak dapat memastikan kapan hadirnya gempa tersebut.
Semua menunggu dengan rasa cemas. Apakah ia hadir lagi atau tidak. Ketika semua telah kita lakukan, kembali manusia hanya bisa pasrah. Berdoa mungkin salah satu yang bisa dilakukan.
Kemudian menjaga alam agar tidak rusak. Ini penting karena kelestarian alam bisa membuat bumi berumur panjang. Ketika kerusakan sudah terjadi semua hanya menunggu waktu. Iya, gempa akan terus hadir menghantui manusia. Ini yang harus penting untuk dicatat.
Jika itu bisa dilakukan tentunya akan timbul rasa pasrah. Bila ini sudah hadir, kembali pada hakikat manusia. Ia tidak berarti apapun. Ia hanya sebutir tanah yang pasti akan hilang ditelan bumi. Seperti gempa yang hadir hari ini.
(Firda)