Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Kependudukan dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten melaunching Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) di Pendopo Gubernur Banten KP3B, Curug, Kota Serang, Jumat (23/3).
Kepala DP3AKKB Provinsi Banten Siti Ma’ani Nina menjelaskan, PATMB merupakan sebuah gerakan dari jaringan atau kelompok warga pada tingkat masyarakat yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan perlindungan anak.
“Ini adalah respon cepat terkait dengan pencegahan kekerasan terhadap anak, kita bantu dorong kabupaten/ kota layak anak, menuju Provinsi Banten yang layak anak,” kata Nina.
Melalui PATBM ini persoalan kekerasan terhadap anak bisa dihilangkan, termasuk resiko kekerasan terhadap anak yang telah atau mungkin terjadi, baik pada anak, keluarga, dan masyarakat.
“Sasaran dari kegiatan ini adalah anak, orang tua, keluarga, dan masyarakat yang ada di wilayah PATBM dilaksanakan,” ujar Nina
Gubernur Banten Wahidin Halim menegaskan, banyaknya kasus kejahatan terhadap anak tidak terlepas dari kurangnya perhatian orangtua terhadap anak. Selain menjadi korban aneka kejahatan, anak pun banyak mengalami hal buruk akibat lengahnya orangtua dalam mengawasi aktivitas anak.
Untuk itu Gubernur berharap agar orangtua, khususnya ibu, agar sepenuhnya mencurahkan perhatiannya kepada anak.
“Anak itu tergantung kepada pendidikan keluarga. Kalau emak-nya kerja, bapaknya kerja. Siapa yang jagain anak. Kadang-kadang emak-nya selfie terus, anak lari-lari kemana-mana jangan harap jadi sesuatu. Gara-gara banyak selfie anaknya nyebur ke kali. Jangan banyak selfie, perhatikan anak,” pinta Wahidin Halim
Perhatian serta kasih sayang sangat penting bagi anak. Bukan hanya untuk menjaganya dari tindakan kejahatan dan hal-hal buruk, namun juga untuk tumbuh kembang serta masa depan anak tersebut.
“Coba, bangun hubungan komunikasi. Paling penting hubungan keluarga. Penuhi kasih sayangnya. Kenapa tidak kita yang didik, kenapa tidak kita berikan kasih sayang. Emak-nya kerja, diserahkan ke asisten rumah tangga. Kita tidak tahu dikasih apa anak kita. Kita tidak tahu susu yang kita beli benar-benar diberikan kepada anak kita atau tidak,” ucap WH.
Saat masih kecil, pria yang kerap disapa WH itu mengaku tumbuh di tengah perhatian yang sangat besar dari kedua orangtuanya. Ibunya menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, dan ayahnya seorang guru. Hal ini membuatnya tidak kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya.
“Saya bahagia, dibesarkan oleh ibu yang tidak bekerja, ayah seorang guru. Setiap hari saya hidup bahagia, meski saya susah, kadang makan dua hari sekali. Tidur satu tempat bareng. Nimba di sumur bareng, tidak pernah putus hubungan setiap hari. Makan bareng, gak makan juga bareng. Komunikasi terbangun,” ucapnya. (rls/firda)