Jumlah penduduk Banten pada Juni 2018 tembus 12,7 juta jiwa. Berdasarkan struktur usia, dari jumlah tersebut, tercatat pada tahun 2017, 5,6 juta jiwa terdiri dari 3,7 juta laki-laki dan 1,89 juta perempuan adalah penduduk usia produktif atau angkatan kerja.
Sementara, dari seluruh angkatan kerja tersebut, 5,08 juta orang (90,72%) diantaranya bekerja dan 519,56 ribu orang (9,28%) merupakan pengangguran terbuka.
Dibeberkan Anggota Komisi IX DPR Ri, Yayat Y Biaro, pertumbuhan penduduk Banten pada tahun 2018 ini tembus 1,94 persen. Angka itu lebih pesat dari
Indonesia yang hanya tumbuh 1,19 persen. Karenanya, Yayat pun sebagai wakil rakyat merasa perlu untuk mempromosikan warga Banten aktif menjadi peserta program Keluarga Berencana (KB).
“Imbas dari pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali salah satunya munculnya kemiskinan, karena susah mendapatkan pekerjaan. Penyebabnya karena kualitas yang rendah sehingga tidak bisa berkompetisi mendapatkan pekerjaan,” ungkapnya disela-sela Promosi Pelayanan KB KR Berkualitas di Era JKN yang dihelat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Perwakilan Banten di Panggung Rawi, Kuban Laban, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, Rabu, (28/11/2018).
Lanjut Yayat, saat ini yang perlu diantisipasi oleh seluruh pemerintah daerah di Banten adalah mengantisipasi ledakan penduduk usia produktif. Ia menyebutkan salah satu contoh yakni Kabupaten Tangerang. Kata Yayat, penduduk terbesar wilayah di utara Banten itu adalah usia balita dan anak-anak. Sehingga, sekitar 15 tahun ke depan, akan terjadi fenomena yang disebut bonus demografi.
“Fakta hari ini pun telah terjadi ledakan pencari kerja, itu karena ditambah faktor migrasi penduduk. Lalu bagaimana jika penduduk Banten seperti Kabupaten Tangerang sendiri yang usia produktifnya lebih banyak. Kita bisa bayangkan, masalah sosial apa yang terjadi jika mereka tidak terserap di lapangan kerja,” bebernya.
Yayat mengimbau, konsentrasi Pemda di Banten saat ini adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena kata dia, jumlah penduduk yang banyak dengan kualitas SDM yang rendah akan menjadi bencana.
“Teknologi terus berkembang, pasar kerja semakin kompetitif. Kalau kualitas SDM kita rendah, mereka mau kerja apa?,” tegasnya.
Karenanya, kata Yayat, investasi pendidikan menjadi penting, disamping membekali penduduk usia jelang produktif dengan berbagai keterampilan.
“Cara pandang kita menyiapkan generasi muda siap kerja tidak melulu harus manufaktur, namun juga industri kreatif. Karena di zaman digital ini, kreatifitas menjadi modal penting,” jelasnya.
Dengan menyikapi fenomena pesatnya pertumbuhan penduduk dan membludaknya jumlah pengangguran, Yayat berharap menjadi catatan penting pemangku kebijakan di Banten.
“Kita harus benar-benar cermat menjadikan realitas sebagai pijakan kebijakan guna mengantisipasi yang akan terjadi di kemudian hari. Jika.kita gagal membuat kebijakan yang akan menjawab persoalan, bencana sosial yang akan terjadi,” tandasnya.