Untuk Kepentingan Umum

Menakar Kekuatan Parpol Dari Histori Koalisi Untuk Pilkada Tangsel 2020

Pergerakan koalisi Partai Politik (Parpol) menjelang kontestasi Pilkada Tangsel 2020 semakin dinamis. 

Sejumlah partai dengan histori koalisi diketahui mengambil langkah berbeda prihal usungan bakal calon untuk memperebutkan kursi Walikota dan Wakil Walikota di kota berjuluk Cerdas Modern dan Religius.

seperti langkah yang diambil Golkar. Pada Pilkada serentak 2020 ini, partai besutan Airlangga Hartarto memutuskan mengusung kadernya yakni Pilar Saga Ichsan yang disandingkan dengan calon dari petahana Benyamin Davnie.
Sementara, PDI Perjuangan digadang-gadang bakal memberikan rekomendasi kepada Muhamad dan Rahayu Saraswati yang notabene kader dari partai Gerindra.

Jika dilihat dari rekam jejak pada Pilpres 2019, kedua partai tersebut menjadi koalisi pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Politik Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ) Usni Hasanudin mengatakan, tak bisa dipungkiri, kemenangan Jokowi-Ma’ruf di Tangsel tak lepas dari hasil kerja mesin politik Golkar.

Menurutnya, perjuangan Golkar yang dikomandoi Airin Rachmi Diany pada Pilpres lalu sepantasnya mendapatkan balas budi dari partai besutan Megawati Soekarno Putri. Pasalnya, Tangsel menjadi satu-satunya wilayah yang memenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf di Provinsi Banten.

“Sepantasnya Golkar mendapatkan ‘balas budi’. Contohnya Jokowi bisa menang di Tangsel itu kan, kerja mesinnya Golkar dan PDI Perjuangan,” kata Usni saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (15/72020).

Usni menuturkan, jika pada Pilkada 2020 ini PDI Perjuangan berkoalisi dengan Golkar, tentunya akan menjadi cerita yang berbeda. koalisi tersebut, kata dia, sudah dipastikan menang. Sebagaimana yang terjadi pada Pilkada 2010 lalu saat PDI P berkoalisi untuk kemenangan Airin-Benyamin.

“Keduanya kan partai besar. Punya mesin politik yang besar juga. Jika keduanya bertemu, sudah pasti menang. Jadi koalisi ini akan menang mudah. Patut diperhitungkan juga. Politik itu kan bicara kepentingan,”

“Walaupun keduannya sudah memiliki calon, Politik itu kan dinamis. Semua bisa berubah, tinggal bagaimana saling memenuhi kepentingan para elit politik tersebut. Jika ingin menang telak, ya pas jika Golkar bersanding dengan PDI Perjuangan,” pungkas Usni.

Sementara, Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarak mengatakan perjuangan Airin dalam pemenangan Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres lalu tidak menjadi pertimbangan untuk berkoalisi dengan PDI P. Kata dia, hingga saat ini kedua partai tersebut tidak saling melakukan pendekatan.

“Tampaknya perjuangan Airin dalam memenangkan Jokowi-Ma’ruf tidak jadi pertimbangan untuk berkoalisi,” kata Zaki saat dikonfirmasi, Kamis (16/7/2020).

Kemudian, tidak terjadinya koalisi pada Pilkada serentak 2020, kata Zaki bisa disebabkan lantaran kedua Partai telah menjagokan calon kandidat masing-masing. Sehingga, pada perhelatan lima tahunan ini, Golkar dan PDI P memilih untuk bertarung memperebutkan kursi Walikota dan Wakil Walikota Tangsel.

“Masing-masing telah memiliki kandidat untuk Pilwalkot. Jadi mereka memutuskan untuk tidak berkoalisi. Baik Golkar maupun PDI P memilih untuk bertarung. Bagaimana PDI P mendukung calon yang diusung Golkar, jika Golkar sendiri tidak memerlukan. PDI P juga terlihat tidak melakukan pendekatan. Koalisi terjadi, jika kedua belah pihak saling membutuhkan,” tandasnya. (ari)

Berita Lainnya
Leave a comment