Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Tangsel mengarahkan warga untuk melakukan urban farming guna mengatasi keterbatasan lahan bercocok tanam. Hal itu dilakukan menyikapi menyusutnya ratusan hektar lahan pertanian di kota bertajuk Cerdas, Modern dan Religius.
“Karena kita di perkotaan, lebih memaksimalkan urban farming. Dengan memanfaatkan keterbatasan lahan, ya masyarakat lebih memanfaatkan dengan apa yang dimiliki,” kata Sekretaris DKP3 Kota Tangsel, Deden Supriatna kepada Respublika.id, Selasa (12/10/2021).
Sebagai dinas yang membidangi soal pertanian, Deden menuturkan, pihaknya akan memberikan penyuluhan dan mendukung terobosan yang dilakukan oleh masyarakat. Sementara, dalam bercocok tanam di lahan terbatas, kata Deden, harus memakai tiga prinsip inovasi.
Yang pertama, kata dia, terobosan baru tersebut secara budaya tidak merusak, secara teknologi bisa dimanfaatkan, kemudian secara ekonomi bisa menguntungkan. “Jadi kalau ada masyarakat yang mau berinovasi sesuai engga dengan tadi. Sesuai apa tidak dengan lahan. Ya kalau secara penyuluhan, dia tentunya sebagai agen perubahan, hal-hal yang sifatnya inovasi, ya saya mendukung,” ujarnya.
Di lokasi yang sama, Kepala Bidang Pertanian dan Peternakan DKP3 Kota Tangsel Ramdan mengatakan, jika masyarakat ingin mengajukan program ataupun berinovasi bisa diajukan melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang).
Selain itu, kata dia, masyarakat juga harus membuat kelompok tani, baru kemudian pihaknya dapat membantu dan menganggarkan apa yang menjadi usulan masyarakat
“Misalnya masyarakat kan gini, aduh saya ingin budidaya anggur nih satu hektar, ya dari Musrembang lah usulin. Kalau di usulin musrembang ya nanti di anggarin mau berapa, mau satu miliyar nih anggaran untuk budidaya anggur se Tangsel gitu, tapi kan ada syaratnya, syaratnya itu kalau kita itu nge bina kelompok tani,” ungkapnya.
Saat ini, Ramdan menuturkan, dalam Musrembang masyarakat banyak mengajukan tentang bercocok tanam dengan metode hidroponik, mengingat ketersediaan lahan pertanian di Tangsel yang sempit.
“Musrembang sekarang itu hidroponik yang banyak. Iya mungkin kesana ya, karena itu (lahanya-red) sempit. Jenis tanamannya sayuran,karena hidroponik itu sayuran, dia minta alat sama ini. Terus kita hidroponik hanya melatih saja latihan terus ada alat dan bahan dikasih untuk pelatihan ya itu berupa alat hidroponik, kalau pengen anggur ya boleh aja. Tapi kan anggur juga sebenernya tidak memerlukan lahan sebenernha anggur,” pungkasnya. (ari)