Media sosial sepanjang akhir pekan ini ramai dengan bertemunya presiden Joko Widodo dan Bos Tesla Elon Musk. Pria asal Solo itu mengunjungi kantor orang paling kaya se jagad untuk mengetahui proyek masa depan Musk. Sampai-sampai setelah pertemuan itu, sang presiden menyebut Musk sebagai orang super jenius; sebuah pujian yang jarang dilontarkan kepala negara, khususnya kepada orang asing. Kalaupun ada pujian biasanya presiden mengucapkan kepada anak-anak bangsa.
Ini satu hal yang unik sekaligus jarang terjadi. Presiden puja-puji orang asing. Presiden mendatangi kantor pebisnis. Dan yang lebih ramai lagi. Pebisnis tersebut menerima sang presiden dengan kaos oblong. Satu hal yang jarang terjadi. Biasanya pebisnis menemui kepala negara. Memakai pakaian rapi. Formal dengan segala jenis pernak-perniknya. Lah ini sebaliknya. Jokowi memposting pertemuan tersebut dengan pose santai. Ada tertawanya. Dan sangat informal.
Yang namanya presiden, setiap postingan dipublish akan selalu menimbulkan pro dan kontra oleh netizen. Seperti akun @satia_nagara yang menyebut dah gitu bangga lg bisa ketemu elon, harusnya elon ngemis2 dtg ke negri yg kaya SDAnya baru kita bangga. Cuitan tersebut ditimpali akun @asrun yang mengatakan, kan udah dibilang bang hrus kreatif, Jemput Bola katanya. Ada juga yang membela pertemuan tersebut, seperti akun @Reza Hasballah “ Perspektive berpikir, tapi bis juga sebalik, demi Bangsa dan Negara President dengan kerendahan hatinya mau melobi pengusahan yang tdk hanya membawa investasti tapi juga teknologi. President berpikir lebih luas tdk hanya profit tapi benefit, menurut saya begitu.
Tak hanya kalangan biasa, mantan menteri Pemuda dan Olahraga KRMT Roy Suryo juga ikut berkomentar. Pria asal Jogjakarta tidak masuk dalam perdebatan itu, tapi lebih kepada melempar isu soal tidak adanya postingan Elon Musk di media sosial miliknya setelah bertemu dengan Jokowi. Padahal jika ia mempublish pertemuan tersebut akan punya dampak besar lantaran pengikut Musk di Twitter mencapai ratusan juta orang.
Roy Suryo membandingkan unggahan Presiden Joko Widodo dengan Elon Musk setelah keduanya bertemu di Space X, Boca Chica, Amerika Serikat pada Sabtu, 14 Mei 2022, waktu setempat.
Dalam cuitannya Roy Suryo mengatakan, menarik membandingkan unggahan keduanya di media sosial pada jam yang sama.
“Menarik ini membandingkan Unggahan resmi (pada Jam yg sama, +4jam) antara Presiden dgn Elon Musk,” kata Roy Suryo di akunnya @KRMTRoySuryo2 pada Minggu, 15 Mei 2022.
Ia membandingkan unggahan di media sosial Jokowi dan Elon Musk, setelah pertemuan keduanya.
Melihat hal tersebut, Roy Suryo melontarkan sindirannya bahwa Jokowi sampai mengunggah dua kali pertemuannya dengan Elon Musk di media sosial.
“@jokowi sampai mengunggah 2x (+1 jam juga), disertai Narasi yg “Wow”,” sindir Roy Suryo.
Sedangkan Elon Musk tak terlihat mengunggah pertemuan dengan Jokowi. Namun malah mengunggah foto yang dikatakannya sebagai karya seni.
Jika melihat reaksi publik akan pertemuan itu, memang pasti akan menimbulkan pro dan kontra. Itu hal biasa lantaran dilakukan orang nomor satu di Indonesia. Sudah pasti tindak tanduknya akan menimbulkan reaksi. Apalagi yang ditemuinya orang paling kaya se dunia. Sudah pasti menjadi nilai berita yang mumpuni.
Lalu apa Hasil Pertemuan Itu?
Setelah bertemu, Jokowi mengatakan mengundang khusus Musk datang ke Indonesia. Dan undangan itu dijawabnya bakal datang ke tanah air pada November mendatang. Tentunya ada harapan Jokowi. Yakni masalah investasi dalam jumlah besar, terutama soal kebutuhan baterai listrik Tesla yang membutuhkan dalam jumlah besar. Dan Indonesia dikabarkan siap menampung kebutuhan tersebut. Investasi ini akan menimpulkan persoalan lingkungan baru. Di mana menurut LSM lingkungan Walhi jika Tesla berinvestasi di Indonesia lantaran tata kelola pertambangan nikel di dalam negeri sangat buruk. Sebab, katanya, dari hampir 7.000 hektare lahan tambang nikel yang beroperasi telah memicu berbagai dampak ekologis.
Sedang menurut Ekonom dari Center of Reform in Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, menilai lawatan presiden tersebut memperlihatkan ambisi besar Jokowi mengembangkan industri kendaraan listrik di dalam negeri. Mulai dari memproduksi komponen baterai dan merakit kendaraan listrik.
Pasalnya Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2019, produksi bijih nikel di Indonesia sekitar 800 ribu ton. Angka itu menduduki peringat satu dunia yang terpaut 400 ribu ton dari Filipina.
Karena itulah, menurutnya, jika investasi ini berhasil maka akan sangat menguntungkan Indonesia.
“Kerja sama investasi dengan Tesla sangat menguntungkan. Kalau Indonesia terlibat dari rantai pasok pembuatan perakitan mobil listrik Tesla, ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk kembali mendorong industrialisasi,” ujarnya seperti dikutip BBC News Indonesia, Minggu (15/5).
Meski terlihat akan menguntungkan investasi itu, namun ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Mulai dari aspek lingkungan, sosial, dan pemerintahan atau disebut ESG.
Dalam hal lingkungan, hampir semua produsen mobil listrik mengedepankan negara-negara yang menggunakan energi berkelanjutan atau ramah lingkungan. Nah, persoalannya apakah pemerintah bisa menyelesaikan masalah tersebut. Mengingat aspek sosial dan lingkungan kerap menjadi isu yang akan mengganjal sebuah investasi. Tinggal bagaimana keseriusan pemerintah untuk bisa meyakinkan Tesla agar mau menanamkan modalnya di tanah air
Meski implementasi dari hasil pertemuan itu tidak bisa dalam hitungan hari ataupun bulan. Mungkin bisa bertahun-tahun. Bisa juga setelah Jokowi tidak menjabat lagi. Namun hasil dari bertemunya dua orang ini akan berdampak bagi iklim investasi di tanah air di kemudian hari.
Mengingat kebutuhan energi terbarukan pastinya akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Dimana kebutuhan bahan bakar transportasi akan berganti dari minyak ke tenaga listrik. Hal ini adalah sebuah keniscayaan. Meski begitu tak lantas karena ngebet ingin Tesla ada investasinya di Indonesia, pemerintah mengabaikan hal-hal terkait masalah lingkungan dan sosial.
Dua masalah itu harus segera dipenuhi agar investasi ini bisa terealisasi. Persoalannya ada tidak kemauan dari pemerintah untuk dapat menjawab dua hal tersebut. Belum lagi jika terjadi pergantian pucuk pimpinan. Tentunya akan berubah kebijakannya. Karena pengembangan baterai listrik tidak hanya dilakukan oleh Tesla. Perusahaan-perusahaan besar lainnya juga akan melakukan hal serupa.
Bisa jadi pemerintahan setelah Jokowi tidak melirik Tesla, namun perusahaan lain yang dari pelbagai sisi “mungkin’ menguntungkan. Nah, tinggal kita melihat bagaimana ke depannya apakah investasi baterai listrik ini bisa terealisasi. Waktu yang menjawabnya.
Karena itu pertemuan Jokowi dan Musk yang heboh seharian kemarin masih akan menemui jalan panjang. Butuh tahunan untuk bisa merealisasikannya. Kalaupun ada pro dan kontra itu hal biasa.
Tapi jika kita lihat dari satu sisi, mending memandangnya sebagai pertemuan biasa saja. Buktinya Musk menerima Jokowi pakai kaos oblong dengan rambut yang sedikit gondrong. Bahkan pria kelahiran Afsel ini tidak memposting pertemuan tersebut. Jangan-jangan Musk juga hanya melihat Jokowi ingin main dan mau tahu aja bagaimana pabrik Space-x tersebut. Mungkin. (*)
*Nanda Rodiyana, S.I.Kom, M.M (Akademisi Universitas Pamulang)