Muhammad Taufiq Mizan atau yang biasa disapa M Taufiq MZ baru saja dilantik menjadi komisioner KPU Kota Tangerang Selatan. Ini kali kedua ia menduduki posisi itu. Pria asli Pekalongan, Jawa Tengah, ini akan menjabat hingga 2028.
Setelah dilantik, ayah tiga anak tersebut bersama empat komisoner KPU lainnya mengadakan rapat untuk menentukan ketua KPU.
Hasilnya, M. Taufiq MZ didaulat menakhodai KPU Kota Tangerang Selatan sampai lima tahun ke depan. Kali keduanya lelaki kelahiran 1974 itu menjadi ketua.
Sebelumnya ia menduduki posisi tersebut paska wafatnya Bambang Dwitoro tiga tahun silam. Lalu seperti apa sosok pria yang juga pernah menjadi ketua Panwaslu ini?
Saya mengenal mas Taufiq delapan tahun lalu atau sejak ia menjadi anggota Panwaslu Kota Tangerang Selatan (sekarang Bawaslu).
Alumnus UIN Syarifhidayatullah ini sebelum menjabat Ketua KPU, juga pernah menjadi ketua RW; sebuah jabatan yang cukup tinggi karena menjadi koordinator tingkat RT.
Alumnus pondok pesantran Tremas ini juga lihai ketika memberikan kata sambutan dalam setiap acara. Singkatnya, ia bisa membawa suasana menjadi cair ketika berpidato.
Rupanya kemampuan itu sudah lama terasah. Maklum pengalaman mondok di Tremas, Pacitan Jawa Timur, menjadikan Taufik pintar berbicara.
Pondoknya berdiri sejak tahun 1830 M oleh sosok santri Indonesia pertama yang menimba ilmu di Al Azhar, Mesir.
Bisa jadi pondok itu umurnya paling tua yang hingga kini masih tetap eksis.
Tak heran ketika berdiskusi dengannya, mas Taufiq kerap melontarkan joke (candaan) yang cukup meringankan kepala. Ia bisa menyederhanakan bahasa agama yang dipandang sulit menjadi sederhana.
Saya sering berfikir kata-kata mas Taufiq, khas kyai-kyai tradisional yang ringan namun langsung menghujam esensi, ketika berdiskusi tentang agama dengannya.
Kepandaian dalam ilmu agama tidak lantas menjadikannya kaku. Sebaliknya, ia bisa luwes dan tak berjarak.
Pakaiannya pun biasa, misal tak pakai udeng-udeng, jengot tebal, baju gamis, dan sejenisnya. Biasa saja, kadang pakai kaos dan celana bahan. Itu menjadi ciri Taufiq MZ.
Saya tak pernah melihat Taufiq marah atau bermuka masam. Bawaannya ceria meski dalam tekanan pekerjaan yang tinggi.
Apalagi jelang coblosan, di mana pekerjaan komisioner KPU lebih padat. Mengkoordinasi pekerjaan di bawahnya, mulai dari PPK hingga TPS.
Itu bukan pekerjaan yang mudah, cukup sulit jika tidak punya kecakapan yang baik. Dalam setiap diskusi, ia sering berkisah tentang aktivitas para kyai. Mulai Habib Lutfi hingga kyai Said Agil Siraij.
Kalau Habib Luthfi mungkin yang paling familiar diceritakannya. Maklum tokoh NU itu satu kampung dengannya, Pekalongan. Jika bercerita tentang Habib Luthfi, mas Taufiq paling bisa menjelaskan secara detail.
Seperti kisah pengajian tiap malam jumat, yang menurutnya, banyak makanan tersaji. Katanya, pengajian itu tidak cuma hanya mengaji, namun juga ada nilai-nilai sosial di dalamnya.
Seperti makan bersamaan, jagongan (duduk-duduk santai) membahas tentang banyak hal; ngobrolin aktivitas sehari-hari, dari keluarga sampai pekerjaan.
Biasanya saya ngobrol dengan mas Taufiq di ruang kerjanya yang cukup besar. Ukurannya sekira 4×5 meter. Ada kamar mandi di dalamnya.
Meja utamanya juga besar. Ada beberapa buku cukup tebal menghiasi rak yang berada di belakang kursi.
Juga kursi khusus tamu yang bisa menampung enam orang. Biasanya tamu-tamunya dari pelbagai kalangan; anggota partai politik, akademisi, wartawan, aktivis mahasiswa, polisi, jaksa, hingga TNI.
Ngobrol di ruang kerjanya termasuk menyenangkan karena suasananya yang sejuk.
Apalagi kaca-kacanya besar yang mengelilingi ruangan itu. Menurut saya bikin pikiran menjadi lebih tenang.
Ditambah suasananya memang menyenangkan. Belum lagi makanan ringan yang disediakan; ada risol, gorengan, air mineral, air teh, hingga kopi.
Obrolan dapat berlangsung berjam-jam, yang berhenti ketika mas Taufiq ada tamu atau kegiatan lainnya. Ramainya tamu kalau sudah menjelang sore.
Pikir saya, sudah seperti dokter yang mengobati pasien. Antri. Dan memang komisioner KPU sibuk ketika jelang pemilu.
Ada banyak keperluan tamu datang, entah itu berkonsultasi, menanyakan jadwal tahapan, hingga perbaikan data.
Itu kan semuanya butuh konsultasi. Bayangkan kalau satu per satu partai politik yang datang.
Jadi wajar kalau kantor KPU ramai. Dan tugas komisioner tentunya lebih sibuk. Mempersiapkan kebutuhan teknis di lapangan. Sosialisasi, tahapan-tahapan, dan lain sebagainya. Itu butuh kordinasi yang matang.
Maka itu, anggota KPU harusnya memiliki kecakapan, pengalaman, dan komunikasi yang baik agar saat pekerjaan menumpuk bisa ditangani.
Mengingat tahun depan, pemilu serentak dilaksanakan. Dari Pilpres, DPR Tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga DPD.
Lalu di akhir 2024 ada pilkada tingkat kota/kabupaten dan provinsi. Tentunya dibutuhkan energi yang prima bagi penyelenggara.
Rasanya dengan pengalaman dan kemampuan yang dipunyai mas Taufiq, ia bisa mengkoordinasi seluruh tahapan pemilu hingga akhir 2024.
Dirinya didukung oleh komisioner lainnya, yang tidak kalah hebat. Ada Ajat Sudrajat, Heni Lestari, Bambang Dwitomo, dan Widya Victoria M. Mereka orang-orang mumpuni dengan latar pengalaman yang berbeda-beda.
Tentunya keberagaman ini akan menghasilkan kerja tim yang hebat dalam menyongsong pemilu 2024.
Ya, tim hebat menelurkan kerja mumpuni. Ini dibutuhkan dalam menghadapi pesta demokrasi yang disebut-sebut paling rumit, panjang, dan paling besar.
Ya, pesta besar itu harus diselenggarakan oleh orang-orang pilihan; yang tentunya mereka menjadi komisioner karena melewati tahapan.
Akhir kata, saya mengucapkan selamat bekerja untuk mas M. Taufiq MZ beserta tim.
Semoga pemilu 2024 berjalan lancar dan menghasilkan para wakil rakyat yang memahami nafas rakyat, berpihak kepada rakyat, hingga mendengar aspirasi rakyat. (Firdaus)