Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Tangerang berencana akan membangun gedung diorama yang akan menjadi wahana untuk mengetahui segala sesuatu tentang Tangerang.
Hal itu mengemuka dalam rapat yang digelar antara para pihak terkait dengan konsultan yang berlangsung gedung Dinas Perpustakaan dan Arsip, Selasa (13/3/2018).
Dalam rapat tersebut pihak konsultan memaparkan beberapa perbandingan dengan diorama yang telah ada, diantaranya di Kabupaten Purwakarta.
Setelah menyimak presentasi tersebut, Maesyal Rasyid, Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang mengatakan bahwa keinginan untuk membangun diorama sudah ada sejak Kabupaten Tangerang masih dipimpin Bupati Ismet Iskandar, namun baru akan terealisasi saat ini.
Rudy, demikian ia biasa akrab disapa, juga mengatakan, sebagai Kabupaten yang telah berusia 74 tahun, sudah semestinya memiliki pusat informasi mengenai sejarah serta perkembangan kabupaten yang kini lebih dikenal sebagai kota 1001 industri. Dengan demikian, diorama itu pun diharapkannya memiliki multi fungsi, selain sebagai edukasi, juga rekreasi bagi masyarakat.
“Jadi kalau ada yang ingin mengetahui sejarah Kabupaten Tangerang, ya tinggal datang ke diorama,” ujarnya.
Tak hanya sekedar informatif, Rudy justru menginginkan gedung yang rencananya akan dibangun di pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang bisa membuat nyaman pengunjungnya.
“Ada mini teater, kuliner, museum, dan sebagainya,” tambahnya.
Ditambahkan Yusrizal, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip, pada tahap awal akan dilakukan menyusun rencana detil proyek atau Detail Engineering Design (DED), sehingga rencana tersebut segera bisa terealisasi.
“Rencananya, 2019 ingin terealisasi,” ujarnya.
Yusrizal pun mengharapkan dukungan semua pihak agar rencana tersebut dapat terealisasi dengan baik, mengingat banyak hal yang harus dipersiapkan dengan baik.
“Misalnya soal sejarah Tangerang, kita butuh kajian referensi yang kuat dan melibatkan para ahli,” tambahnya.
Dengan adanya diorama itu, Yusrizal berharap menjadi kebanggaan bersama sekaligus menjadi ruang untuk menggali identitas daerah.
“Nanti ada tim yang bekerja, kami juga melakukan penelusuran melalui arsip daerah,” tukasnya. (rr/firda)