Untuk Kepentingan Umum

Masuki Lapangan, Grup Band Punk Rusia Lakukan Aksi Protes saat Final Piala Dunia 2018

Anggota band punk Pussy Riot diboyong petugas menuju luar lapangan. (foto : istimewa)

Ajang final Piala Dunia 2018 (15/7) di Moskow, Rusia, berjalan sedikit berbeda. Bukan karena Perancis menang setelah dua dekade mandul piala di ajang paling bergengsi ini (terakhir kali menang Piala Dunia tahun 1998), atau Kroasia yang awalnya dianggap anak bawang namun ternyata bisa masuk final, melainkan karena kehadiran grup punk Rusia, Pussy Riot, turut ‘meramaikan’ jalannya pertandingan sengit itu di tengah lapangan.

Tepat di menit ke-52, dua orang wanita dan dua orang pria berbusana serba hitam putih seperti seragam polisi Rusia tiba-tiba masuk ke lapangan hijau. Beberapa di antaranya lari mengelilingi sebagian lapangan, sementara seorang wanita melakukan aksi high fivedengan Kylian Mbappe, pesepakbola asal Perancis, sebelum akhirnya diseret paksa keluar lapangan.

Bukan sekadar iseng yang dilakukan oleh para anggota Pussy Riot ini, melainkan sebuah aksi protes kondisi politik di Rusia kepada Vladimir Putin yang malam itu turut menyaksikan pertandingan. Dalam pesan yang mereka sampaikan di akun Instagram @wearepussyriot , disampaikan enam tuntutannya:

1/ Bebaskan semua tahanan politik,
2/ Tidak dipenjara hanya karena ‘like’ (di media sosial),
3/ Hentikan penangkapan ilegal saat demonstrasi,
4/ Ijinkan kompetisi politik di dalam negeri,
5/ Tidak ada tuduhan kriminal palsu dan memenjarakannya tanpa alasan jelas,
6/ Ubah polisi duniawi menjadi polisi surgawi.

Apa yang dimaksud dengan polisi surgawi dan polisi duniawi adalah merunut pada banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh polisi di Rusia. Yang mana menurut video unggahan Pussy Riot, “Polisi surgawi melindungi tidur bayi, polisi duniawi menganiaya tahanan politik, memenjarakan orang karena ‘repost’ dan ‘like’ (di media sosial),” tutur Prigov, salah satu anggota di video tersebut.

Beberapa orang banyak yang mendukung aksi Pussy Riot dalam menyampaikan pesan protes. Maklum saja, sebagian masyarakat menilai bahwa Vladimir Putin begitu acuh terhadap aspirasi masyarakat mengenai kondisi politik di negaranya. Ia pun dinilai tidak mengindahkan kebebasan berekspresi para warganya.

Namun, sebagian orang lainnya justru mengecam. Pasalnya, aksi protes membobol masuk ke lapangan, mengganggu jalannya pertandingan saat Kroasia sedang dalam posisi menyerang. Di sisi lain, Pussy Riot juga memang dikenal sangat lantang melakukan protes dengan cara-cara tak biasa, yang cenderung kontroversial dan ilegal. (den)

Berita Lainnya
Leave a comment