Beti bersama tiga anaknya terpaksa harus tinggal bertahun-tahun di gubuk terbuat dari bambu dan bilik, di Kampung Cimoyan, Desa Ciherang, Kecamatan Picung. Susahnya hidup membuat Beti membangun gubuk di dapur rumah tetangga.
Meski bertahun-tahun tinggal atas belas kasihan tetangga, namun tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah.
“Dulu pernah punya gubuk di atas lahan berukuran kecil. Tetapi sekarang rumah itu lenyap karena lahan tersebut sudah dijual pemiliknya,” katanya.
Ia mengaku, sampai sekarang belum pernah mendapatkan bantuan pangan, sandang maupun kebutuhan papan dari pemerintah.
“Ya, karena tidak punya tanah, jadi susah mendapatkan berbagai program pemerintah. Kartu Indonesia Sehat (KIS) tidak ada, BPJS tidak ada, termasuk Bantuan Langsung Tunai Mandiri (BLSM) juga tidak punya,” kata Beti.
Anak pertama baru berusia 16 tahun dan tidak sekolah, karena tidak punya biaya dan dua anak lagi masih kecil. Sementara itu, suaminya pergi ke Jakarta untuk mencari uang.
“Ya, suami saya berprofesi sebagai buruh serabutan, jadi mendapat uangnya tidak menentu. Kalau ada yang manggil baru bisa dapat uang, itu pun tidak besar,” katanya.
Sementara itu, Ketua RT Kampung Cimoyan, Haruman sudah mengajukan bantuan beberapa kali untuk warganya. namun tidak pernah terealisasi.
“Saya sudah sering mengajukan permohonan bantuan, tapi sampai sekarang tidak pernah terealisasi. Apalagi, korban tidak memiliki kartu bantuan apapun, baik BPJS, BLSM maupun KIS,” katanya. (eni/firda)