Untuk Kepentingan Umum

Arsip Rahasia AS: Hoax Mao Zedong Terlibat G30S

25 April 1966, koran resmi tentara, Angkatan Bersendjata, menerbitkan sebuah artikel yang berisi tuduhan terhadap Partai Komunis Cina (PKC) dan Mao Zedong. Artikel ini menuduh Mao terlibat dalam gerakan penculikan dan pembunuhan elit tentara pada 1 Oktober 1965. Elit tentara yang dinamakan Dewan Jenderal ini diisukan akan mengkudeta Sukarno.

Artikel ini memang hanya satu dari sekian banyak laporan serupa. Namun ia jadi menarik karena jadi artikel pertama yang menuduh Cina dan Mao terlibat.

Paragraf pertama artikel itu dibuka oleh kalimat bombastis, “Berdasarkan fakta, sekarang bisa disebutkan bahwa kudeta Gestapu/PKI direkayasa dan diatur di Peking dalam kerangka revolusi dunia yang disokong oleh Peking.” Dikatakan bahwa kudeta tersebut adalah “langkah awal untuk merealisasikan mimpi Mao”. Selanjutnya, artikel ini membahas mengapa kesimpulan itu bisa muncul.

Menurut artikel tersebut, rencana kudeta dimulai ketika Aidit datang ke Cina selama delapan hari pada Agustus 1965. Dan selama itu, tulis artikel tersebut, Aidit tiga kali bicara dengan Mao. Dalam salah satu pertemuan, Mao bilang, “Menurut pengamatan saya, mengeliminir semua jenderal senior seperti Nasution dan Yani… akan membuat tentara seperti naga tanpa kepala.”

Aidit ragu dengan usul itu. Dia membalas pernyataan Mao dengan mengatakan bahwa untuk mengeliminir semua tentara reaksioner, artinya juga harus membantai ratusan tentara lain yang loyal kepada mereka.

Mao meyakinkan Aidit bahwa langkah tersebut tidak jadi soal. Mao menjelaskan dalam konteks memenangkan komunisme di suatu negara, pembunuhan terhadap elemen reaksioner dibutuhkan. Mao menguatkan argumennya dengan bilang bahwa dirinya sendiri  pernah melakukan hal serupa. Bahkan dengan jumlah yang lebih besar: 20 ribu.

Artikel itu menggambarkan Mao bicara soal pembunuhan dengan sangat enteng, sambil tertawa tanpa henti.

“Meski kamu tidak punya kesempatan membantai 20 ribu orang, kamu setidaknya harus membunuh semua jenderal reaksioner, dan itu harus dilakukan dengan mengesankan. Niatnya bukan hanya balas dendam, tapi juga untuk meneror mereka yang masih hidup, sehingga tidak berani menentang komunisme,” kata Mao, masih sambil tertawa.

Untuk lebih meyakinkan Aidit menjalankan strategi kotor tersebut, Mao berjanji untuk menyokong penculikan dengan memberikan bantuan sangat besar: peralatan militer yang cukup untuk 30 ribu orang.

Artikel ini menjadi landasan tentara menjustifikasi pembantaian dan pemenjaraan terhadap etnis Tionghoa. Masyarakat juga tersulut, terbukti dengan banyaknya pembantaian terhadap etnis minoritas tersebut yang dilakukan sipil di berbagai daerah.

Misteri terbesar artikel yang mirip seperti naskah teater itu adalah narasumbernya. Sejarawan Victor M. Fic, misalnya, dalam catatan kaki di buku Jakarta Coup: October 1, 1965 (2004), mengatakan bahwa artikel itu bersumber dari “seseorang yang tidak mau diketahui namanya.. kemungkinan besar merupakan sumber militer”.

Narasumber tentara itu tidak juga diketahui sampai kemudian Pusat Deklasifikasi Nasional (NDC) Amerika Serikat (AS) membuka arsip rahasia yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar AS untuk Indonesia, Selasa (17/10) kemarin. (tirto.id)

 

Berita Lainnya
Leave a comment